Apa yang telah menjadi takdirmu akan datang padamu dengan sendirinya, tanpa kau minta dan tanpa kau duga.
🐣🐣🐣
Algi yang sejak pagi memilih diam tak bekerja karena mood nya yang sedang tak baik-baik saja itu akhirnya memilih untuk mengecek keadaan kebun sayuran peninggalan almarhum papanya. Kebun yang dulunya sumber penghasilan sang papa hingga membuatnya bisa menjadi seperti ini. Kebun yang akan selalu Algi jaga.
"Kang, udah baikan?" Firman bertanya saat majikannya itu bersiap menuju kebun.
Algi mengangguk. "Jodoh enggak akan kemana, Man."
"Iya, Kang. Percaya aja."
"Saya sudah merasa tua, Man. Kamu saja sudah punya anak, saya calon saja belum ada."
Firman memang sudah menikah tiga tahun lalu dan dia sudah dikaruniai seorang anak laki-laki yang baru berusia dua tahun.
"Sing sabar, Kang. Semua ada waktunya. Mungkin jodoh Kang Algi teh masih di jalan," ujar Firman terselip nada bercanda.
Algi mengangguk. "Yasudah, temani saya ke kebun, Man. Jenuh saya lama-lama di rumah."
"Baik, Kang. Mari."
Majikan dan atasan sekaligus teman sejak kecil itu lantas berjalan beriringan. Sesekali mereka menyapa warga yang mereka temui. Namun, langkah keduanya terhenti tepat di depan rumah yang kini sedang kedatangan tamu karena ada satu mobil di depannya dan juga ada sosok pria dan wanita yang sibuk menurunkan barang dari mobil.
"Kang, bu-bukan itu teh si Teh Feisya."
Feisya, ya Feisya.
Sosok wanita yang berhasil menghentikan langkah Algi dan Firman itu memang Feisya.
"Ini teh bukan mimpi, kan, Man?"
"Bukan, Kang. Teh Feisya asli ada di sini."
"Apa ini teh memang jalan Allah buat saya dan dia berjodoh?"
"Bisa jadi, Kang."
"Saya harus apa sekarang, Man?"
"Kalau sudah siap lebih baik Akang lamar saja. Urusan diterima atau enggak itu urusan belakangan."
"Ta-tapi dia punya pacar, Man."
"Cuman pacar belum suami, Kang. Terlebih istikharah Akang mengatakan kalau Teh Feisya teh orang yang tepat."
Algi mengangguk. Petunjuk Allah tidak pernah salah dan Algi yakin jika memang ini saatnya dia harus memperjuangkan lagi cintanya.
***
"Bukannya Oma enggak suka, Kak, tapi warnanya bagusan hitam lho daripada coklat."
"Cuman mau nyoba suasana baru aja, Oma. Bosen item terus."
"Tapi kenapa coklat?"
"Orang salon yang menyarankan."
"Iya sih cocok, tapi bagus item."
Feisya juga sangat menyayangi rambut hitamnya, tetapi entahlah tiba-tiba ide mengecat rambut terlintas di kepalanya dan sekalian buang sial.
"Kamu beneran sudah enggak sama Aldi?"
Feisya mengangguk. "Makanya aku ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adasya [ Complete ]
General Fiction#GenerasiAgasaDKKTheSeries2 Bagaimana rasanya jika kalian harus merelakan kekasih kalian yang telah menemani kalian selama 5 tahun bersama dengan adik kalian sendiri? Di samping itu, di kondisi ingin menepi, justru kalian dipertemukan dengan sosok...