25 : Saya Ada di Belakang Kamu

827 68 8
                                    

Jika memang kamu sudah tak sanggup lagi, saya ada di belakang kamu, saya siap menerima kamu lagi.

🐣🐣🐣

Tak ada lagi harapan. Semua sudah sia-sia. Hatinya sakit, batinnya terluka. Semua yang dia korbankan seakan tak ada gunanya. Mungkin pulang ke Jakarta adalah jalan terbaik, toh Aldi sudah tak peduli akan dirinya.

Tiket pesawat sudah Feisya pesan lewat online dan masih ada sisa waktu satu jam setengah lagi sebelum pesawat itu berangkat menuju Jakarta.

Feisya sudah membereskan semua barang yang dia bawa dan dia akan pamit pada ibu kost, namanya bu Ani.

"Bu, saya pamit ya. Maaf kalau selama di sini saya ada salah. Makasih juga karena sudah diberi kesempatan untuk tinggal di sini," ucap Feisya diakhiri senyum tulusnya tak lupa dia memberikan kunci kamar kost yang baru lima hari dia tempati.

"Lho, udah mau pulang? Padahal kamu sudah bayar buat satu bulan, ini kamu seminggu saja belum."

"Enggak papa, Bu. Saya ikhlas."

"Ibunya enggak enak, lho."

"Enggak papa, Bu, beneran deh. Anggap aja ini rezeki Ibu karena Ibu udah mau baik sama saya sama bunda saya juga."

"Kamu yang baik sama Ibu, Dek. Ibu doakan ya rezekinya diganti sama yang lebih sama semoga dapat jodoh yang terbaik menurut Allah, ya, Dek."

Jodoh? Nyatanya kisah percintaan Feisya saja begitu rumit dan menyedihkan.

"Aamiin, Bu. Kalau gitu Feisya pamit, ya. Assalammualaikum."

"Waalikumussalam."

Feisya tidak tahu jalanan Surabaya, ini baru pertama kalinya dia menginjakkan di kota ini. Itu sebabnya lebih baik dia memesan taksi online daripada dia tersesat.

Namun, belum sempat jarinya membuka aplikasi taksi online andalannya, tangannya terhenti seiring dengan terdengarnya suara yang begitu familiar di telinga.

"Kamu mau kemana?"

Feisya mendongak dan langsung disuguhi pria jangkung si pemilik suara itu.

"Kamu mau pulang ke Jakarta? Kenapa mendadak? Aldi bagaimana?" Pria itu kembali bertanya.

"Iya, aku mau pulang," jawab Feisya, perempuan itu menjeda ucapannya kemudian kembali berkata, "Aldi baik-baik aja. Aku harus pulang sekarang."

"Saya antar mau?" tawar pria itu yang tak lain adalah Algi, "kebetulan saya baru selesai belanja untuk acara tahlil nanti selepas dzuhur."

Feisya menggeleng, dia seperti tak tahu diri saja. Dia sudah menyia-nyiakan pria itu, tetapi dia merepotkan pria itu. Tidak, Feisya tidak mau melakukan itu.

"Sudah saya bilang, anggap saya seperti kakakmu. Saya tahu saya lancang, tetapi ini bukan Jakarta, saya yakin kamu belum hapal jalanan di sini." Entahlah, Algi tidak mau menyerah.

"Sebaiknya Kak Algi pergi. Aku enggak mau ngerepotin Kak Algi lagi. Cukup, Kak. Jangan lagi, ya? Aku capek. Aku kayak orang jahat. Aku udah nyia-nyiain Kakak, tapi aku ngerepotin terus," ucap Feisya mengeluarkan unek-uneknya.

Algi tersenyum tipis, ternyata itu yang Feisya pikirkan saat ini. "Saya tidak masalah, Sa. Ayo saya antarkan kamu. Saya tidak mau kamu kenapa-napa nanti Aldi bisa sedih."

Feisya tersenyum miris. "Aldi? Dia udah enggak peduli sama aku, Kak. Udahlah aku enggak mau bahas dia, Kak."

Akhirnya Algi tahu akar permasalahannya. Feisya sedang ada masalah dengan Aldi dan dia memilih kembali ke Jakarta.

Adasya [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang