Saya baru tahu jadi seperti ini rasanya pelukan seorang adik.
🐣🐣🐣
Aldi sudah diperbolehkan pulang, dia juga sudah bisa berjalan, meskipun sesekali harus dipapah.
Kepulangan Aldi membuat semua keluarganya bahagia itu sebabnya mereka akan mengadakan syukuran, semua sibuk dengan persiapan itu, sedangkan Feisya bertugas menjaga Aldi, urusan dapur biarlah yang lain yang mengurusnya.
Saat ini, Aldi dan Feisya sedang berada di kamar Aldi. Tenang saja, pintunya dibuka dan banyak orang yang berlalu lalang. Baik Aldi maupun Feisya masih tahu batasan.
"Kamu kenapa enggak cerita ke aku soal mbak Mayang?" tanya Feisya, dia masih penasaran dengan hubungan Mayang dan Aldi.
"Dia pindah sejak aku kelas enam, Fei. Kita berhubungan juga jarang, tapi kita masih berkomunikasi dengan baik. Lagipula aku enggak cerita cuman pengen menjaga perasaan kamu, Fei. Percaya sama aku," jawab Aldi, pria dengan kaos hitam polos dan celana jeans biru selutut itu menatap kekasihnya, dia hanya berharap Feisya mengerti.
Feisya tersenyum. "Sekarang aku paham. Maaf ya akhir-akhir ini aku ngerasa beda sama diri sendiri."
"It's okay, aku enggak masalah kok."
Feisya duduk di tepi kasur, sedangkan Aldi duduk di kursi belajarnya. Mereka duduk berhadapan. Tadi mereka sudah membahas banyak hal, terutama soal rak berisikan kenangan Aldi yang ada di pojok kamar ini.
"Oh iya, Di. Kayaknya aku pengen pakai jasa WO temennya oma, deh. Sekarang WO dipegang sama anaknya temen oma. Umurnya sama kayak bunda. Kata kamu gimana?"
Feisya memang tidak main-main perihal pernikahan, dia ingin segera dipersunting oleh kekasihnya itu.
Aldi nampak berpikir beberapa saat sebelum akhirnya pria itu mengangguk setuju. "Boleh juga. Soal besok, keluarga kamu jadi ke sini?"
Feisya mengangguk. "Jadi dong, kan mau bahas pernikahan kita. Yang ikut ke sini cuman bunda, ayah sama adikku."
Satu hal lagi, keluarga Feisya akan berkunjung ke Surabaya untuk membicarakan perihal rencana pernikahan Aldi dan Feisya, sekalian menjenguk calon menantu.
"Semoga acara hari ini sama besok lancar ya?"
"Aamiin. Aku selalu berdoa yang terbaik."
Setelah itu hening, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Tatapan keduanya sama-sama menatap keluar jendela. Sangat menyejukkan. Pemandangan rumput hijau juga bunga-bunga yang menghiasi halaman belakang rumah Aldi terpampang nyata di balik jendela kamar Aldi ini.
"Kamu suka kamar ini?" tanya Aldi memecah keheningan.
"Banget," jawab Feisya jujur, "berasa lagi ada di alam yang asri."
"Yaudah kamu tidur di sini aja."
Feisya langsung menoleh ke arah Aldi kemudian wanita itu menggeleng keras. "Enggak bisa karena ini kamar kamu dan kamu udah pulang. Aku tidur di kamar tamu aja."
"Tapi kamu, kan, suka."
"Tapi tetep aja, Di."
"Aku bisa tidur di sebelah, Feisya. Nurut, ya?"
Aldi menatap Feisya dengan tatapan memohon, tatapan itu selalu mampu membuat Feisya luluh.
"Yaudah iya," jawab Feisya akhirnya.
Aldi mengacak rambut Feisya gemas. Untung kursinya tadi dia geser agar berdekatan dengan Feisya.
"Nanti kalau kita nikah dan udah beli rumah, kita buat kamar kita kayak gini, ya? Kamu mau, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adasya [ Complete ]
General Fiction#GenerasiAgasaDKKTheSeries2 Bagaimana rasanya jika kalian harus merelakan kekasih kalian yang telah menemani kalian selama 5 tahun bersama dengan adik kalian sendiri? Di samping itu, di kondisi ingin menepi, justru kalian dipertemukan dengan sosok...