44 : Cobaan Menjelang Pernikahan

774 47 17
                                    

Jika kalian menganggap tak ada yang membenci kalian, kalian salah karena pada kenyataannya selalu ada mereka yang membenci dan berniat jahat pada kita entah karena iri, dengki atau memang kita yang pernah berbuat salah padanya.

🐣🐣🐣


Acara ulang tahun Aldi tetap berjalan, meskipun sedikit canggung bagi Aldi dan Feisya karena kejadian memalukan beberapa saat lalu.

Setelah tiup lilin, mereka lantas melakukan sesi foto bersama dengan kuenya, itu sebabnya acara potong kue ditunda dulu.

Sesi foto dimulai dari semuanya, kemudian hanya keluarga lalu sesi foto bersama teman-teman saja dan kini giliran Aldi dan Feisya foto berdua.

Bimo, selaku fotografer sekaligus orang yang memergoki kejadian beberapa saat lalu hanya tersenyum jahil saat melihat pasangan fenomenal di depannya nampak canggung dan kaku.

"Bisa enggak sih jangan canggung sama kaku gitu. Santai kali gue enggak ak—"

"Diem lo!" Aldi melotot ke arah Bimo membuat pria konyol itu terkekeh.

"Persoalan gituan mah santai kali, gue juga pernah," ujar Bimo santai.

Feisya membelalakkan matanya. "Lo serius?"

"Serius lah, cuman dua kali sih."

"Heh? Cuman?"

Bimo mengangguk santai. "Lagian kalian udah mau enam tahun masa belum pernah."

"Kita emang belum pernah," jujur Feisya.

"Pantes, keliatan amatir gerakannya."

Sontak ledekan itu membuat Aldi dan Feisya bersemu malu. Sungguh, kenapa harus Bimo yang memergokinya?

"Ngomongin apa sih?" Cellin datang menghampiri mereka.

"Enggak kok, inilah biasa mereka gayanya kaku," jawab Bimo tak sepenuhnya berbohong.

"Oh, enggak biasanya. Calm dong kayak baru kemarin sore aja jadiannya," ujar Cellin seraya menatap pasangan yang masih nampak terlihat canggung.

"Kenapa sih? Aneh deh," sambung Cellin nampak kebingungan.

"Enggak papa, kok. Biasalah mungkin udah lama LDR. Maklum calon pasutri. Biasanya nempel terus eh LDR dong," ucap Bimo berusaha mencairkan suasana dan menyembunyikan sebuah fakta, meksipun dirinya kadang tak berpikir sebelum bicara, tetapi untuk kali ini Bimo paham jika sebaiknya ini dirahasiakan saja.

Cellin manggut-manggut kemudian perempuan itu berjalan pada Aldi dan Feisya lalu membenarkan posisi keduanya sampai posisinya nampak mesra; Aldi memeluk pinggang Feisya dan Feisya tersenyum seraya menatap Aldi yang juga menatapnya.

"Nah cakep. Yuk cekrek!"

Bimo mengacungkan jempolnya dan bersiap memotret.

***

"Soal kejadian di taman aku min—"

"Jangan dibahas," potong Feisya malu, "lupain ya?" sambung Feisya memohon.

"Maafin aku ya, Cantik. Sumpah aku khilaf."

"Aku juga salah, Aldi. Enggak cuman kamu, kok. Jangan ngerasa bersalah gini ah," ucap Feisya sembari menggenggam tangan sang kekasih.

"Iya, lain kali kita harus bisa jaga nafsu. Belum sah, kan."

Feisya mengangguk. "Waktu itu aku cuman keinget sama ledekan bunda, katanya kalau bibir aku belum pernah dicium karena emang aku yang cerita, Di, nah aku jawab aja nanti kalau udah nikah aku mah every time aja. Makanya kemarin tuh khilaf soalnya kepikiran terus."

Adasya [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang