45 : Aku Masih Suci, Kan?

903 41 4
                                    


Lagi-lagi takdir mengajak kita bercanda dengan semua rencananya. Lantas, aku sebagai yang dikendalikan harus apa?

🐣🐣🐣

Unknown Number
Hotel Limbangan kamar 134

Pesan dari nomor yang tidak dikenal membawa Aldi pada alamat yang dituliskan.

Sebenarnya Aldi ragu untuk mengikuti perintah sang pengirim, namun entah kenapa hatinya seperti digerakkan untuk menuju tempat ini.

Ini masih jam dua pagi, bahkan tadi Aldi harus mengendap-endap agar mama dan papanya tidak mengetahui dirinya pergi.

"Nomor seratus tiga puluh empat," gumam Aldi seraya berdiri di kamar tersebut, "apa harus gue buk—"

Ting

Unknown Number
Buka aja, lo bakalan tahu semua.

Dahi Aldi mengernyit kemudian dia melirik kanan kiri, tetapi tidak ada satu orang pun di sini.

"Apa jangan-jangan setan yang ngirim ini?"

Aldi menggeleng, zaman sekarang tidak ada begituan.

Dengan hati yang setengah niat dan kesadaran yang penuh, Aldi membuka pintu kamar hotel nomor 134 itu.

Dan,

Ceklek.

Gelap.

Sensasinya sama seperti kemarin saat dirinya diprank oleh Feisya atau mungkin ini juga prank dari kekasihnya itu sebab tadi katanya dia akan pesta, tetapi tidak mengizinkan Aldi datang dan setahu Aldi hotel ini baru saja mengadakan pesta.

Aldi mengedikkan bahunya acuh.

Tangannya mulai meraba-raba tembok guna mencari saklar untuk menyalakan lampu.

Akhirnya ketemu.

Trek.

Lampu menyala, ruangan terang dan mata Aldi membelalak saat dia melihat sepasang manusia yang bergelut di ranjang yang sama.

"Feisya, Bang Algi," ujarnya terkejut.

Sepasang manusia itu masih terlelap.

Aldi menggelengkan kepalanya. "Ini enggak mungkin. Gue cuman mimpi."

Aldi mencubit pipinya, namun naas rasa sakit itu terasa dan itu artinya ini nyata.

Ya Tuhan, ada apa ini?

Aldi lantas menghampiri Feisya yang terlelap di samping Algi, kakaknya sendiri. Pundak Feisya terekspos tanpa diberi tahupun Aldi tahu apa yang terjadi.

"Kenapa kamu ngelakuin ini, Cantik? Aku bahkan belum pernah cium kamu? Apa kamu enggak bisa nahan sampai kita sah? Kenapa harus Abang aku, Fei? Hiks...."

Aldi menangis, tentu saja. Bagaimana bisa dia kuat saat melihat calon istri sedang tidur bersama di satu ranjang hotel bersama kakaknya.

Tatapan Aldi teralihkan pada gaun hitam juga kemeja merah yang sudah tak berbentuk di lantai. Hal itu semakin memperkuat dugaan Aldi atas apa yang telah terjadi.

"Untuk kedua kalinya, Fei. Kedua kalinya aku ikhlas lepasin kamu," lirih Aldi diiringi air mata yang menetes dari matanya.

Yakinlah prank kali ini lebih mengejutkan dari prank kemarin.

"Lo menang, Bang," ujar Aldi miris seraya menatap Algi yang masih terlelap di samping Feisya.

Setelah itu, Aldi memilih pergi. Bukan hanya pergi dari hotel ini, tetapi pergi untuk selamanya.

Adasya [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang