Terkadang ada saatnya kita bersandiwara bukan karena kebanyakan drama, tetapi untuk menutupi apa yang sebenarnya.
🐣🐣🐣
"Lo ada target enggak di bulan ramadhan kali ini?"
"Ada, pasti itu mah sih."
"Emang apa?"
"Khatam Alquran, ah itu mah pasti sih semuanya juga. Iya, kan?"
"Iya sih, gue juga gitu. Terus selain itu?"
"Hapalannya nambah, aku tahu sih hapalan aku enggak seberapa. Aku bukan orang yang bisa hapal tiga puluh juz, tapi bunda selalu bilang katanya usahakan menghapal Al-Qur'an, kalaupun enggak nambah setidaknya hapalan tahun ini enggak ilang."
"Pemikiran sama didikan lo bagus, tapi kenapa kelakuannya suka mainin cowok?"
"Ya, mau gimana lagi, turunan. Dulu, ayah itu playboy. Mottonya aja, kalau bisa lima kenapa harus satu."
"Dapatin gue, lo tobat gak?"
Lawan bicara yang tak lain adalah Cassy itu menatap Ziel yang baru saja bertanya. Beberapa detik selanjutnya pukulan maut mendarat di lengan atas kanan Ziel. "Apa sih! Enggak usah ngaco!" Setelahnya Cassy memilih berlalu meninggalkan Ziel sendiri.
Ziel terkekeh geli menatap kepergian Cassy. Dirinya dan Cassy tidak begitu dekat, tetapi cukup kenal. Terlebih sejak Ziel yang mengurus restoran Aldi dan Cassy yang sering membantu membuat kedekatannya semakin bertambah.
"Boleh enggak sih gue sama Cassy? Beda umur gue sama dia itu enam tahun. Enggak pedofil, kan?"
Ziel senyum-senyum tak jelas kemudian semuanya lenyap kala ponselnya berdering. Ziel lantas mengeluarkan benda canggih itu dari saku celananya dan ternyata Ivi yang menelpon.
"Hal—"
"ZIEL GAWAT! ALDI TUH YA EMANG JAHAT! MASA DIA NYAKITIN FEISYA SIH?!"
Ziel menjauhkan ponselnya dari telinganya kemudian mengusap telinganya yang malang karena teriakan Ivi, setelahnya Ziel kembali mendekatkan ponselnya ke telinga. "Emang ada apalagi? Dia baru aja sadar, masa udah buat masalah sih?" tanya Ziel.
"Kakak belum tahu pastinya sih, tapi yang pasti Feisya pulang ke Jakarta dan ya kakak tahu ini dari Algi, dia ketemu pas Feisya mau ke bandara, asalnya mau dianterin, tapi Feisyanya enggak mau. Kakak mohon sama kamu, pantau terus keadaan di Jakarta termasuk Feisya dan kakak bakalan pantau Aldi, kakak bakalan interogasi dia sekarang!"
"Siap, kak!"
Pip.
Ziel menghela napasnya secara menatap ponselnya. "Tuh anak mulai dah insecure sama overthinking nya," gumam Ziel yang sudah menebak apa yang terjadi.
***
"Feisya? It's you? Gila sih ini beneran lo. Heh kenapa sih akhir-akhir ini lo jadi kayak setan. Kadang ada, kadang tak ada."
Feisya memutuskan untuk kembali bekerja dan dia berangkat dari rumah neneknya, bahkan saat ini dia memakai baju neneknya yang lama.
"Fei, lo hidup, kan? Sebenernya lo kemana sih?" Cellin terus saja bertanya.
"Gue hidup, gue dari Surabaya," ucap Feisya datar, tak ada senyuman, bahkan nada bicaranya saja layaknya cool girl dan yakinlah itu bukan Feisya banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adasya [ Complete ]
Ficção Geral#GenerasiAgasaDKKTheSeries2 Bagaimana rasanya jika kalian harus merelakan kekasih kalian yang telah menemani kalian selama 5 tahun bersama dengan adik kalian sendiri? Di samping itu, di kondisi ingin menepi, justru kalian dipertemukan dengan sosok...