36 : Cinta Pertama

697 49 15
                                    

Btw, happy 1K readers untuk Adasya🐣😍🎉 Thanks untuk support kalian yang udah baca, vote and komen😍 Sayang kalian banyak-banyak 😫❤️

Happy reading !!!!

Banyak yang bilang jika cinta pertama itu sering gagal dan berakhir menyakitkan.

🐣🐣🐣

"Nenek!!!"

Dewi tersenyum lebar kala melihat cucu kesayangannya itu berlari ke arahnya masih dengan seragam sekolahnya tak lupa dengan menggendong sebuah tas Spiderman, tokoh Avenger yang paling disukai cucunya itu.

"Aldi seneng banget punya banyak temen!" ujar Aldi semangat tak lupa pria mungil itu memeluk sang nenek yang hanya bisa terbaring di atas kasur.

"Memangnya ada berapa teman Aldi?" tanya Dewi.

"Ada sebelas, Nek. Orangnya baik-baik, tapi tadi ada yang jahat sama Aldi."

Aldi tampak menunduk tentu hal itu membuat Dewi sedih. Perlahan, tapi pasti Dewi menarik dagu cucunya dengan lembut agar cucunya itu menatapnya lagi.

"Kenapa? Cerita sama Nenek."

Alih-alih buka suara, justru Aldi membuka tasnya dan memberikan selembar kertas yang ternyata ada gambarnya. Papa, mama, Aldi, Kakak, Nenek. Begitulah tulisan yang ditulis di atas gambar keluarga bahagia yang digambar Aldi. Gambarnya tidak begitu bagus, tetapi untuk seumuran anak TK itu wajib diapresiasi.

"Temen-temen Aldi ngeledek kalau Nenek Aldi cacat," ujar Aldi seraya menunjuk gambar yang diatasnya ada tulisan nenek. Gambar itu memang seorang wanita dengan kursi rodanya.

"Mereka juga bilang katanya Nenek enggak bisa diajak main petak umpet."

Hati Dewi tersayat mendengarnya. Semua ini salahnya. Andaikan dulu dia tidak nekad membawa Aldi dari Indah, mungkin semuanya tidak seperti ini.

"Tapi Aldi enggak papa kok. Aldi sedih kalau Nenek dikatain gitu, tapi Aldi bela Nenek. Aldi bilang sama mereka kalau Nenek Aldi itu baik, Nenek Aldi juga suka bacain dongeng sebelum Aldi tidur, Nenek Aldi juga bisa Aldi ajak main di kursi rodanya, Nenek Aldi juga yang ngajarin Aldi naik lift. Mereka langsung diem dan setalah itu mereka minta maaf sama Aldi dan bilang katanya Nenek Aldi hebat. Nenek Dewi kan emang hebat."

Dengan polosnya Aldi menampilkan senyum terbaiknya membuat Dewi menarik Aldi ke pelukannya.

"Terimakasih. Nenek sayang kamu."

"Aldi juga sayang Nenek, selamanya."

Ketika Aldi melepas pelukannya dia menatap Dewi. Tubuhnya tak lagi Aldi seorang anak TK, tetapi Aldi dewasa. Dia melihat Dewi sedang berbincang dengan seseorang yang memunggunginya.

"Nenek!!!"

Suara itu masih sama di telinga Dewi. Suara itu milik cucunya, Aldi.

Baru saja ingin melangkah, tapi rasanya berat. Kaki Aldi tidak bisa digerakkan.

"Kita sudah berbeda, Nak! Kamu harus janji harus melanjutkan hidup kamu. Masa hidup Nenek sudah habis, sedangkan kamu masih panjang. Terimalah kehadiran ibu juga masmu, Nak. Berjanjilah akan menjaga paru-paru itu. Jangan biarkan rokok merusaknya lagi. Nenek bahagia di sini. Nenek sudah bertemu dengan Kakekmu."

Dewi merangkul mesra sang suami yang tadinya memunggungi Aldi, kini suaminya itu menghadap Aldi dan melempar senyuman terbaiknya.

"Jika kau ingin berkunjung, datanglah ke rumah Kakekmu. Di samping situ, ada rumah baru Nenek."

Adasya [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang