31 : Kenapa Seperti Ini?

732 54 10
                                    

Melihat dia yang akhir-akhir ini mendampinginya, aku merasa bahwa aku sudah tak lagi berguna untuk dia.

🐣🐣🐣

Allahuakbar Allahuakbar La Illaha Illahu Wallahu Akbar Allahuakbar Walillah Ilham

Suara takbir terus berkumandang. Semua umat muslim di dunia mengumandangkannya karena hari kemenangan mereka telah tiba.

Tepat hari ini adalah hari raya Idul Fitri. Hari dimana semua umat Islam berbahagia, tetapi adapula yang bersedih karena mereka harus berpisah dengan bulan Ramadhan, bulan penuh berkah dan ampunan.

Namun, mereka pun tak luput dari kebahagian karena mereka masih bisa menikmati hari kemenangan terlebih dengan adanya keluarga yang lengkap menambah rasa kebahagian itu.

Tak terkecuali untuk keluarga Devon. Mereka tidak pernah berpisah jika hari raya Idul Fitri, meskipun dulu Feisya kuliah di Amerika, tetapi setiap bulan ramadhan dia akan pulang hingga menjelang hari raya Idul Fitri, begitupun dengan Baskara yang sekarang mengikuti jejak sang kakak kuliah di negeri Paman Sam sana.

Kini keluarga Devon melaksanakan rutinitas sakral mereka, bahkan seluruh umat muslim di dunia pun melakukannya. Rutinitas itu adalah sungkeman. Dimana hal itu adalah acara untuk saling memaafkan.

"Maafin Kakak, ya, Yah. Akhir-akhir ini Kakak sering ngerepotin Ayah, Bunda sama semuanya. Kakak tahu Kakak emang egois," ujar Feisya seraya bersimpuh di depan sang ayah tak lupa air matanya yang juga ikut mengiringi acara sungkeman kali ini.

Devon mengangguk. "Ayah juga minta maaf karena selama ini Ayah selalu mendorong kamu untuk kuat, padahal Ayah tahu semua orang punya titik lemahnya. Maafin Ayah."

Keduanya lantas saling memeluk erat, menyalurkan kasih sayang yang tak bisa terhitung. Setelah itu, dilanjutkan sungkem pada sang bunda. Bergantian dengan kedua adiknya. Akhirnya, mereka sarapan dan bersiap berkunjung ke kediaman kedua orang tua Devon.

***

"Kapan nikah?"

Selain acara maaf-maafan juga bagi-bagi THR, satu hal yang tak luput dari acara hari raya Idul Fitri bersama keluarga itu adanya pertanyaan 'Kapan nikah?'.

"Kakak udah dua puluh tiga tahun, lho."

Feisya hanya tersenyum ke arah neneknya. Siapa juga yang tidak mau menikah, terlebih Feisya sudah memiliki kekasih. Hanya saja, masih banyak mimpi yang ingin dia raih, begitupun dengan Aldi. Mereka berencana menikah di umur dua puluh lima karena mereka masih mempunyai target yang harus mereka capai.

"Lama-lama kalau enggak nikah-nikah kamu harus siap dijodohin sama Nenek kamu," ujar Denis, kakek Feisya dari sang ayah.

Feisya lantas menggeleng. "Aku udah punya Aldi, Kek," rengek Feisya tak terima.

"Makanya cepet nikah, pacaran udah lima tahun kayak kredit rumah aja," goda Deva membuat bibir bawah Feisya maju menandakan sang empunya merajuk.

"Feisya bukan aku, Ma. Awas aja Mama paksa nikah," bela Devon akhirnya. Devon mungkin ingin cucu, tetapi tidak untuk memaksa anak perempuannya itu menikah muda, lagipula umurnya masih empat puluh lima tahun, jika dua tahun lagi menunggu tidak masalah.

"Wah emang waktu itu Ayah dijodohin, ya? Selisih umur Ayah sama Kak Fei enggak terlalu jauh," ujar Cassy dengan mata berbinar, entahlah dia itu suka jika melihat yang menikah muda, tetapi dia tidak berniat menikah muda.

Adasya [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang