1. 🥞

69.9K 4.5K 652
                                    

Hai Miskah, note ini spesial untuk pembaca baru.
Naskah ini sudah cetak, jadi sebagian akan di unpub. Jika kalian menemukan typo, salah eja, too much drama dll yang enggak sesuai KBBI, harap dimaklumi, dan abaikan karena aku enggak merevisi yang di versi wattpad.😁

Versi cetaknya tentu sudah melalui proses revisi dan perbaikan, jadi berbeda dengan versi wp. Yang berkenan memiliki bisa langsung menghubungi no yang ada di bio.

Thank you.
Lope sekebon.

🍕🍕🍕🍕🍕🍕🍕🍕
Hai-hai, aku hadir lagi dengan cerita baru. Bukan bagian dari spin off. Mudah-mudahan yang ini nanti juga bisa jadi penghibur kalian yaaa...

Setting nya tetep yaaa Jawa Timur, karena saya banga jadi arek Jatim, beberapa percakapan tetap dengan bahasa lokal yang disertai translate. Jadi, jangan protes kalau beda bahasa ya. Masa gue elu mulu ah di dunia orange. Sesekali boso jowoan 😝 Yang doyan nonton pojok pitu JTV ngacung 😜

*****

"Selamat yaaa Liaaaa."
"Samawaaa."
"Doakan yang jomblo cepetan nyusul."

Aku melirik undangan bersampul coklat emas yang diberikan Lia tadi padaku. Satu lagi anak kantor yang merit, melepas status jomblo. Kondangan lagi deh, bulan ini sudah tiga undangan yang kuterima. Bukan apa-apa, males aja dapat pertanyaan yang sama.

Aku kembali menatap layar 12 inci di depanku, menyelesaikan beberapa pekerjaan yang menumpuk. Hasil review pemeriksaan keuangan yang diminta segera sama Pak Galih, Manager operasional, atasanku tersayang, lebih urgent dibandingkan urusan undangan kawinan orang.

"Kamu kapan nyusul Kay? Inget umur, jangan kerja mulu."

Halah, baru juga mau fokus, mulai deh lambe-lambe turah bermunculan. Aku mengangkat wajah, Bu Retno, dari bidang sebelah kenapa nyasar kesini sih? kurang kerjaan amat.

"Ya kalau jodoh bisa dibeli di warung Mak Tin depan kantor, pasti saya beli lima sekalian Bu, bonus krupuk, saya bagi-bagi buat jomblower di kantor ini." Jawaban santaiku mendapat acungan jempol dari beberapa teman jomblo yang berdiri tak jauh dariku. Ya kali jodoh bisa cepet banget datengnya, siapa juga yang gak pengen merit iya kan? merasakan yang namanya surga dunia yang katanya enak banget itu.

Eh astaga, pikiranku kok kesana. Kampret Bu Retno, gak liat temennya lagi dikejar deadline. Sonia sesama staf audit di bagian Internal control unit, berdiri dan meletakkan dagunya di antara batas kubikel.

"Bu," katanya kemudian, "Kalau Bu Retno punya anak, ponakan,atau tetangga yang guwantengnya setara Lemonilo eh sori, Lee min ho, boleh dong dikenalin ke kita-kita yang jomblo ini."

Ganti aku yang mengacungkan jempol, dengan mata yang tak lepas dari layar laptop dan berkas. Bu Retno melengos, dan berlalu pergi begitu saja. Lia dan beberapa staf yang seruangan denganku mengacungkan jempol sambil menahan tawa.

"Hanya kalian berdua yang bisa skakmat Bu Retno," tukas Lia, si calon manten dengan tawanya, salah satu staf di unit customer service yang emang cantik punya. Usianya baru 25 tahun, dan sudah sold out saja.

Aku dan Sonia tertawa. Diantara para jomblowati di kantor perbankan ini, hanya aku dan Sonia yang berusia tiga puluh tahun. Usia sorotan lambe -lambe turah dan jadi bahan julid mamak-mamak yang suka ngurusi hidup orang. Padahal daripada bertanya kapan nikah, lebih manfaat kalau dikenalin sama siapanya kek yang ganteng dan tajir melintir. Iye kan?

"Novelmu gimana?' Sonia, masih belum beranjak dari tempatnya berdiri.

"Ra delok garapanku numpuk?" (Gak lihat garapanku numpuk?)

serendipity (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang