40. 🍑

14K 2.5K 255
                                    

"Masih, Bara yang sama?" tanyaku heran, memang mau berubah jadi apa? Power rangers? Superman? Baja hitam? Atau Tanos? kami berdua berdiri di depan lorong dekat lobi rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Masih, Bara yang sama?" tanyaku heran, memang mau berubah jadi apa? Power rangers? Superman? Baja hitam? Atau Tanos? kami berdua berdiri di depan lorong dekat lobi rumah sakit. Aku sudah antisipasi jika dia bertingkah aneh-aneh. Kali aja tetiba kesurupan mau jambak, karena cemburu mantan suami menikah lagi.

"Masih sama workaholic." dia tersenyum tipis, menjelaskan maksud ucapannya. Oh, jahatnya pikiranku. Terpapar sinetron azab nih, suudzon mulu sama orang. Aku merutuk dalam hati.

"Promil?" tebaknya basa-basi, mungkin karena melihatku keluar dari lab andrology, ruang praktek yang menangani gangguan kesehatan reproduksi Pria.

Aku mengangguk pelan, senyumnya kali ini tak bisa kuartikan, "good luck." dia menepuk lembut lenganku dan berlalu.

Kuhela napas dalam-dalam, menoleh menatap punggungnya yang berlalu hingga hilang di belokan lorong. Sepertinya dia bukan perempuan jahat, bukan tokoh antagonis yang muncul dari masa lalu dan ingin merebut kembali apa yang pernah dimiliki. Layaknya sinetron kesukaan mamak-mamak, yang sukses bikin Bapak-bapak elus dada tetangga, eh maksudnya, dada sendiri, karena sering dicurigai.

Ah sudahlah, nggak usah mikirin Siska, fokus promil saja, nggak boleh mikir aneh-aneh. Kamu harus hepi Kay, biar sukses hamil. Hasil tes Bara sehat, berarti tinggal kamu yang harus berusaha keras hidup sehat.

Aku mengangguk kuat, menguatkan tekad. Berjalan keluar rumah sakit sembari membuka aplikasi taksi online. Namun, belum selesai mengetik alamat, ponselku berdering. Nama Mas Bara Sayang❤️ muncul lagi. Ngapain lagi sih bapak satu ini?

"Ada apa lagi Mas?" tanyaku heran, bukannya dia lagi meeting?

"Ditelpon Suaminya kok gitu?"

"Kamu nggak meeting?"

"Barusan kelar, kebiasaan kamu ini, suaminya tanya kenapa malah balik tanya?" jawabnya kesal.

Aku cekikikan, lucu mendengar suaranya yang sewot. Lagian kenapa sih, telpon-telpon nadanya emosi? kayak cewek PMS aja.

"Malah tertawa," ketusnya.

"Jadi kangen," godaku centil. Biarin. Suami sendiri, bebaskan mau centil kayak apa?

Jeda. Dia diam di seberang sana. Kalau ingat ceritanya semalam, rasanya hatiku tersanjung campur haru. Nggak pernah menyangka, jika Bara benar-benar menyukaiku sedalam itu, meski sejujurnya miris dengan apa yang sudah dialaminya.

Lelaki di seberang sana masih tak bersuara, pasti diam-diam lagi gindrang dan gegulingan karena kubilang kangen. Suami kan paling senang dipuji dan digoda sama Istri sendiri.

Hmmm, jadi penasaran bagaimana wajahnya, membayangkan pipinya yang merah lalu gegulingan di kantor, lucu kali ya? Bisa-bisa dikira sarap sama karyawan lain.

"Mas," panggilku, memastikan dia masih hidup atau pingsan.

"Heghm." dia berdehem, "Kayaknya nanti aku pulang telat." nada suaranya terdengar salah tingkah.

serendipity (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang