8. 🥞

23.1K 3.5K 215
                                    

Tatapan Bara tadi pagi apa-apa an sih??? Aku menggelung rambutku, gerah, padahal AC ruangan nyala, kayaknya perlu potong rambut deh nanti sore, siapa tahu, dukunnya Bara kalah kalau aku potong rambut.

Seharian berusaha fokus kerja ternyata susah, mana tadi udah telat sekian menit. Syukurlah saat  turun dari mobil milik Bara, hanya satpam kantor yang lihat.

“Son,” aku memanggilnya dari balik kubikel.

“Hmm?” dia tak menoleh.

“Nanti sore, temenin potong rambut ya.”

“Kupotong aja.”

“Ogah, jadinya nanti kembaran sama upin ipin.”

Sonia tertawa, dia tetap tak melepaskan pandangan dari komputer PC, tangan kirinya terangkat memberi kode Oke lewat tautan jari. Aku menghela napas panjang, teringat kode terakhir dari Bara yang benar-benar tegas. Meski ketika di kantor, dia tetap bersikap tenang, seakan tak ada apa-apa di antara kami.

“Pulang nebeng ya.” 

“Kenapa motormu?” Sonia mengangkat wajahnya.

“Boncos.”

“Kesininya ngojek tadi?”

“He eh, ngojek Pak Joko.”

Sonia tertawa terbahak-bahak, tapi kemudian berhenti ketika Pak Galih membuka pintu. Aku kembali duduk di depan laptopku. Ini juga, kenapa PC ku eror belum kelar dari servis sih? Bikin makin bete aja. 

Ponselku berdenting.

Nanti ceritaaaaaa.

Asem Sonia. Kuletakkan ponselku begitu saja, pikiranku malah penuh dengan Bara dan omongannya yang posesif. 

Aku juga punya berita buatmu, tentang Pak Joko.

Dahiku mengernyit.

Kenapa emang sama si Joko?

Nanti aja, traktir aku makan siang nasi padang

Hidih.Ogah

Berita penting ini, ciyus

Bodo amatlah.

Yakin? soal perceraian Pak Joko lhoo

***

“Itu valid Son?” aku mengaduk es teh kesukaanku dengan tatapan ragu, setelah mendengar semua cerita Sonia yang sedang menandaskan nasi padangnya. Perempuan berambut sebahu itu mengangguk.

“Iya, Roni yang cerita, dapat info dari temannya di cabang Semarang.”

aku masih mengaduk-aduk es teh dengan sedotan, tapi pikiranku sudah melayang ke Barakuda. 

“Dia nggak cerita?” tanya Sonia.

“Nggak, dia cuma bilang, usia pernikahannya cuma enam bulan, karena Istrinya selingkuh sama temennya sendiri.”

“Rame katanya di Cabang Semarang, soalnya, yang nikung, teman satu kantor sendiri. "

“Katanya karena Bara kurang kasih perhatian.”

“Ya nggak tahu juga apa penyebabnya, cuma yang bikin heboh kan karena ditikung temen sendiri dan satu kantor pula, sudah gitu ketahuan lagi iik iik."

“Apaan sih iik, iik! Udah ah, aib orang.” aku menyesap es tehku, tak nyaman dengan pembicaraan itu, tapi pikiranku tak urung mengembara ke sosok yang akhir-akhir ini masuk ke dalam mimpiku, “Son, bisa nggak berita itu jangan sampai nyebar di kantor kita?”

serendipity (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang