25. 🥨

20.8K 2.8K 184
                                    

Haaai Miskah, pada nungguin ya?
Hihi sori, baru up menjelang mau tidur. Gak papa lah yaaa, jadi pengantar tidur.
Happy reading.

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Ajaib. Siang harinya demam Bara mereda, meski flunya masih ada. Dia malah dengan semangat empat lama mengajak jalan-jalan ke Ratu Boko. 

"Sunsetnya bagus di sana Kay, mumpung masih jam setengah satu, ayo on the way," ajaknya antusias. Aku yang tengah merapikan pakaian kami ke dalam koper, supaya besok bisa langsung check out hanya bisa mengerutkan dahi. 

"Kalau tahu obatnya cuma itu, ngapain tadi mahal-mahal bayar dokter Ryan," omelku lagi, resep dari dokter Ryan masih tergeletak di meja. Bara hanya tertawa kecil. 

"Hari ini kamu ngomel mulu ya." 

"Iyalah, punya pasien aneh." 

Ngomong-ngomong soal jeritan ponsel, panggilan tak terjawab itu dari Tika. Marketing sekaligus editor Gloria yang sudah membesarkan karyaku, menanyakan apakah dokternya sudah datang. 

Bara mendekat, mengecup keningku. 

"Ayo, katanya pengen jalan-jalan, kita udah sholat dhuhur tinggal makan, sekalian saja nanti makan di Malioboro" 

"Naik Trans Jogya saja ya, biar kamu nggak kecapean." 

"Iya." 

***

Dari hotel ke halte Trans Jogya yang ada di Malioboro, kami memilih mengendarai becak motor daripads taksi online. Rasanya menyenangkan sekali, membiarkan angin Jogya meniup rambut pendekku yang makin halus lembut karena sering keramas. Makasih suami, nungkin lain kali aku bisa daftar jadi  duta sampo lain, menyaingi Mbak Anggun. 

Setelah makan siang di salah satu kedai di jajaran street food Malioboro, kami membaca rute peta Trans Jogya yang tertempel di halte Bus. Memilih trayek yang turun di terminal Prambanan. 

Sejak tadi, Bara tak melepas genggaman tangannya, bikin jantungku dag-dig-dug saja. Ini orang beneran waras ternyata. Beberapa kali kusentuh keningnya, dan memang tidak panas lagi. Sisa mbeler, tapi udah lebih baik setelah minum wedang uwuh dan tidur paska skidipapap pagi tadi.

Halah bahasaku. 

Rasanya malu sekali, padahal udah satu bulan setengah kami menikah, eh tapi kan merasakan malam pertamanya belum lama, ya jelas masih malu-malu meong dong aku.

Bara membayar tiket yang hanya Rp. 3500 per orang pada petugas di halte, dan mengajakku menunggu sebentar di kursi tunggu. Kani tak berdua, ada beberapa orang bersama kami saat ini.

Tak lama bis trayek 1A yang akan membawa kami ke terminal Prambanan muncul. Bis nya bersih, seperti Bis Trans Sidoarjo atau Bis khusus dari Terminal Bungurasih Surabaya ke Juanda. 

serendipity (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang