4. 🥞

24.7K 3.9K 414
                                    

Heh, yang tadi gak terima dan maksa minta double up. SINI!!!!
Kukasih  double up. 😆

******

Mantan ganteng tapi gendeng. Sudah dibilang beda meja, malah duduk mepet sebelahan. Alasannya karena semua meja penuh. Bener juga sih, warung makan fenomenal ini lagi ramai banget, kami dapat meja belakang, di salah satu meja panjang.

 Bener juga sih, warung makan fenomenal ini lagi ramai banget, kami dapat meja belakang, di salah satu meja panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(ini warungnya yang sekarang yaa, gambar waktu siang hari?)

Tadinya ada lelaki setengah baya duduk di sebelahku, bodo amat Bara mau cari kursi di mana, eh tahu-tahu dia mengambil kursi dan permisi sopan, menggeser lelaki yang duduk di sebelahku. Benar-benar merusak pasaran deh.

“Daripada di sebelah bapak-bapak, mending sebelahan denganku,”bisiknya begitu mataku menatap protes. Aku kesal, tapi perutku keroncongan. Mengambil nota untuk membuat catatan pemesanan. Di sini, kami diberi nota kosong dan menulis pesanan sendiri.

“Pesen apa?” tanyaku sambil menggeser menu yang sudah dilaminating ke hadapannya.

“Kamu makan apa?” tanyanya balik. Matanya memindai menu

“Makan kamu.”

Bara membelalak, menoleh dengan cepat, “Serius? kalau gitu ayo.”

“Kok ayo?” dahiku mengernyit, maksud dia apa an sih? Bara memandangku sejenak lalu tertawa kecil, dia berbisik pelan di telingaku.

“Jangan ngomong gitu lagi di depan laki-laki ya Kay, maknanya jadi lain.”

“Emang jadi apa?” tanyaku heran, mendorong wajahnya supaya lebih menjauh. Ini orang nyadar gak sih, tingkahnya bisa bikin deg-degan?

“Bobok bareng,” bisiknya pelan, pelan sekali dan dibisikkan tepat di samping telinga kiriku. Desahan napasnya bahkan terasa hingga tengkukku. Sarap ni orang!!kuinjak kakinya kesal. Malu kalau sampai orang lain memperhatikan kami. Untung saja semua sibuk ngobrol, tak ada yang peduli dengan pelanggan lainnya. 

“Udang saos padang,”katanya kemudian. Oke, kucatat, berikut minuman dan pesanan untukku. Aku mau makan lalapan kepala bebek. Level sambalnya juga kutulis sekalian. Plus, catatan khusus, kubisnya di goreng. Nyamm.

“Bu Kos gak masak emangnya Bar?” aku basa-basi, setelah menyodorkan nota pesananku di depan pegawai Cak Tomo.

“Masak, tapi kan nggak ada rasa, healthy food.”

Iya sih, Bu kosku dan suaminya emang benar-benar eating clean banget, sejak Suaminya terkena jantung dan diabetes.

“Aku kangen di panggil Mas deh kay, lagian tua aku daripada kamu.”

“Ogah.”

Bara tertawa lagi, kami masih menunggu antrian menu yang dibuat,  para pegawai Cak Tomo ini cekatan sekali kalau memasak. Minuman pesanan kami datang lebih dulu, makin lama makin penuh yang datang, bahkan ada beberapa yang berdiri, menunggu pelanggan lain selesai makan. 

serendipity (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang