41. 🍑

15.7K 2.4K 237
                                    

Selamat Membaca sambil ngunyah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca sambil ngunyah.

***

"Dia buka usaha di Malang?" aku masih tak percaya, ketika Bara menjelaskan maksud kedatangan Jonathan ke kantor, "Kenapa Malang? dan kenapa harus ke Bank ini?"

Bara menggaruk tengkuknya, gestur bingung, gestur salah tingkah, gestur berbohongnya Bara, tak pernah berubah, kami duduk di sofa ruang kerjanya yang empuk, "kangen aku mungkin." tangannya mengaduk bumbu gado-gado dan mencampurnya jadi satu dengan sayur yang ada di piring.

(Aku membayangkan ruang kerjanya Bara seperti ini, suka-suka ku yaaa, kalau kalian menghayalkan yang lain buwebas kok😛)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Aku membayangkan ruang kerjanya Bara seperti ini, suka-suka ku yaaa, kalau kalian menghayalkan yang lain buwebas kok😛)

Aku menatapnya intens, "Kamu beneran gak papa?" tanyaku curiga, "garuk-garuk tengkuk gini, ada sesuatu yang kamu sembunyikan, iya kan?"

"Nggak Kayla, udah makan sana." tangannya yang menyendok gado-gado malah dijejalkan ke mulutku.

"Bener?"

"Iya, rame mulu nanti ku.."

"ayo makan."

Bara tertawa kecil, melihatku buru-buru membuka bumbu gado-gado milikku. Meski sejujurnya, entah kenapa feelingku menjadi tidak enak. Asumsi perempuan kadangkala 90% nya bener.

Lagipula, kenapa tiba-tiba Jo dan Siska muncul di Kota ini? Padahal Bara kembali ke Malang untuk memulai hidup baru, malah ketemu Tuyul dan Mbak Yul lagi.

"Nggak usah mikir aneh-aneh Kay."

Lelaki di sebelahku berkata sambil terus mengunyah gado-gado tanpa melihatku. Sejelas itu otakku di depan dia?

"Mudah banget ya Bar, membaca pikiranku?"

"He em."

"Kok bisa?"

"Ya nggak tahu, tiba-tiba aja feelingku begitu. Mungkin karena kita jodoh."

Preeet!!!

Bara tertawa kecil melihatku tersipu malu, apa-apaan sih pipiku ini, biasa aja kali gak usah merah, masa di gombalin receh gitu aja ge er.

serendipity (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang