"Mau room service apa sarapan di bawah?" tanyaku sambil merapikan dasi milik Bara. Dia tak menjawab, masih diam seribu bahasa, sejak bangun tidur subuh tadi, irit omong.
"Sariawan?" tanyaku lagi, dia berpaling memakai pomadenya, setelah dasi warna navy nya rapi. Hidiih, masa iya ngambek gara-gara aku cerita soal gebetan di masa lalu? "Mas kan meeting sampai sore, boleh aku jalan-jalan sama Tika?" sengaja pura-pura tak peka dengan perubahan moodnya.
Bara yang tengah menghadap cermin besar di kamar hotel menoleh, "Tika?" akhirnya bersuara juga itu mulut.
"Iya, marketingnya Gloria Publishing, mumpung di Jogya, kata dia siap menemaniku jalan-jalan."
"Kurang, jalan-jalan denganku?" dia kembali menghadap cermin, menatapku lewat pantulan kaca di hadapannya.
"Semalam nggak jadi jalan-jalan tuh, kita cuma makan aja." karena tetiba aku cemburu sama Siska, lanjutku dalam hati.
"Emang mau jalan-jalan kemana?" matanya masih menatapku dari pantulan cermin.
"Muter-muter, belanja aja ke Malioboro." tanganku bergerak ke kanan kiri, mengekspresikan toko-toko di Malioboro.
"Katanya sama aja kayak CFD di Malang."
"Nggak samalah, dimana letak samanya?"
"Kemarin kamu bilang gitu."
"Masa sih?" aku pura-pura lupa, Bara hanya berdecak,wajahnya masih terlihat malas, "semalam, kamu tinggal tidur Mas, padahal aku belum selesai cerita lho."
"Hmmm." hanya gumaman tak jelas responnya. "aku ngantuk, tertidur."
"Nggak pengen denger lanjutan ceritaku?"
"cerita soal kamu yang ngebet pengen jadi yayangnya?"
Aku tergelak, ternyata dia pura-pura tidur, gitu ngaku ngantuk, lagaknya aja minta satu ronde lagi, giliran bahas mantan gebetan langsung ngambek.
"Ada yang lucu?" tanyanya heran, menyemprotkan minyak wangi dan selesai sudah penampilannya pagi ini.
"Nggak ada." aku menggeleng, dahlah, palingan dia juga gak ngaku kalau cemburu, gengsi. "aku mau gombal deh Yank biar kamu hepi."
"Tumben panggil Yank, biasanya juga Bar."
Aku benar-benar menahan tawa, duile padahal udah dipanggil Mas lho, kadang aja 'Bar' kalau keceplosan. Sabar Kay, sabaaar, turutin aja bayi gede ini maunya apa.
"Biar romantis, mau denger?"
Bara tak menjawab, dia beranjak memakai jam tangannya. Aku mengekornya, pepet teros sajalah, lucu aja lihat dia ngambek gini. Gemes sama lesung pipi yang selalu saja muncul meski dia sedang manyun sekalipun.
Selesai memakai jam tangan, Bara mengambil ponselnya yang di charge di atas nakas sejak subuh tadi, lalu menoleh padaku.
"Mana, katanya mau gombal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
serendipity (Terbit)
RomanceSerendipity Usiaku 30 tahun, high quality jomblo, lalu tiba-tiba diminta pertanggungjawaban seorang Duren alias Duda keren? Aku kudu eotteoke miskah? -Kayla, kacung corporate, 30 Tahun- #1-romansakomedi (020821) #1- fiksipopuler (110821) Cover : Ay...