29. 🥨

18.9K 2.7K 316
                                    

Bang Citrok, adalah sebutan untuk Kang Sayur yang tiap habis subuh berhenti di dekat rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bang Citrok, adalah sebutan untuk Kang Sayur yang tiap habis subuh berhenti di dekat rumah. Drama alergi Bara udah berakhir, kemarin seharian dia tidur sepulang kami dari makan siang, bangun untuk sholat dan makan malam, setelahnya tidur lagi. Efek obat alerginya terlalu kuat. 

Hari ini, aku mau masak rica-rica cumi. Dia kan suka seafood. Sekalian akan kubuatkan bekal makan siang spesial. Nggak usah berpikir, kalau bekal yang kubuat penuh toping dan model aneh-aneh kayak di Instagram.

No way!! Ribet, bekal biasa aja, toh jatuhnya juga digiling jadi satu di perut, ngapain ditata cantik, kalau makannya aja nanti dicampur. Menurutku begitu sih.

"Masak apa Mbak?" tanya Mbak Yuni, tetangga depan rumah, yang sehari-hari ngojek antar jemput anak sekolah dan kemarin aku nebeng sampai ke McD. Sarinah. 

"Rica-rica aja Mbak Yun, bumbu Mahmudah." aku terkikik, menyebut merk bumbu siap pakai yang sudah jadi andalan selama ini. Perempuan berjilbab itu tertawa kecil. 

"Iyo Mbak, gak usah angel-angel," selorohnya, aku mengangguk mantap. Dua orang ibu-ibu paruh baya yang  belanja dengan kami, memandangku sekilas, lalu sibuk memilih sayur yang akan mereka beli. Bu Prapti dan Bu Agus. (Iya Mbak, nggak usah susah - susah.)

Karena cuma beli cumi dan bumbu jadi, aku tak butuh waktu lama untuk belanja. Setelah membayar, bergegas pamitan pergi, memburu waktu karena Bara berangkat pagi tiap hari.

"Bojone Mas Bara sing iki ketok ane apik yo?"  suara Bu Prapti terdengar telingaku. (Istrinya Mas Bara yang ini, kelihatanya baik ya?)

"Apik, Mbak Kayla wonge ayu, santun." kali ini  suara Mbak Yuni. (Baik, Mbak Kayla orangnya cantik, santun) 

"Sakno Pak Dedi sama istrinya ya, sampai pindah ke Batu, denger-denger Bu Ratih sempat kumat jantungnya waktu tahu anaknya cerai." (Sakno = kasihan) 

Kuperlambat langkah, kupingku yang tajam setajam silet menangkap bisik-bisik itu, biasalah, tempat rumpik ibu-ibu kalau gak warung ya kang sayur kan? Dan pagi ini, temanya menarik sekali bagiku. 

"Padahal mantune Bu Ratih yang dulu mbois yo, dokter." 

"Cerai kenek opo se? Rabine durung suwe kan?" (Cerai kenapa sih? Nikahnya belum lama kan? "

"Iyo mbuh, moso Mbak Kayla sing dadi pelakor." (Iya nggak tahu, masa Mbak Kayla yang jadi pelakor.) 

"Hus ngawor." Mbak Yuni menegur prasangka kedua temannya. 

"Bekne tah, soale anu, wingi enek wong wedok ayuu tenan, mertamu awan-awan gowo arek cilik, mirip mantan bojone Mas Bara." (Siapa tahu, soalnya anu, kemarin ada perempuan cantik, datang bertamu bawa anak kecil, mirip mantan istri Mas Bara) 

serendipity (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang