2. 🥞

28.6K 3.8K 382
                                    

Serendipity Up yaa. please, jangan tanya kapan duo bajul up, pasutri dodol up, dan ekstra part nya retak up yaaa, wkwkwkkwkwk lagi belum dapet hidayah ide, kalau udah dapet, pasti up. jadi, sementara ngakak dulu sama Duo gaje Bara dan Kayla dulu lah ya.

Btw, karakter laki di ceritaku yaa emang sableng semua. Karena tipe pyscho dan tsundere ala-ala Algedabruk udah terlalu mendominasi dunia orange. Hihihi, biar kalian segar laaah, ketemu model laki yang modelnya slengekan kek gini. Hahahaha

Btw yang penasran Alden Richard, tar di akhir tak kasih fotonya deh. tapi kalau kalian mau menghalu visualnya siapa, bebaslaah.

Happy reading.
Lope sekebon
M'Cha

******

Bara keluar ruangan dengan senyum misterius. Jangan dikira aku gak lihat ya, apa sih maksud omongannya itu?

Aku kembali ke ruangan divisi operasional. Pikiranku mengembara pada dua tahun lalu saat kami bertemu kembali di Surabaya.

Setelah sekian tahun lamanya, aku baru tahu kalau ternyata dia kerja di Bank yang sama dan merupakan salah satu Pimpinan Cabang.

Syailendra Bara Samudera, namanya bagus, wajahnya juga oke, sayang tipe dominan dan control freak. Semua harus serba perfect, setiap idenya harus disetujui, dia tak menolak masukan yang dianggapnya masuk akal, hanya saja, ide yang masuk akal baginya hanya satu banding seribu , dari sekian masukan rekan-rekannya . Bahkan, saat dia sudah selesai masa jabatan di eksekutif dan menjadi bagian dari legislatif. Sama saja.

Lalu, tipe dominan itu sekarang jadi Branch manager tempatku bekerja? Kuhela napas dalam-dalam, prinsip kerjanya serius tapi santai?your mouth Mas. Aku sudah membayangkan masa-masa seperti saat masih menjadi mahasiswa. Idenya yang terlalu tinggi dan hanya bisa dipahami beberapa orang.

Bulu kudukku tiba-tiba merinding. Apalagi dengan omongannya yang selalu saja ngawur dimataku.

"Heh, ngapain sama Pak Bara?" Sonia menyeret kursi dan duduk didepanku begitu sampai kubikel. "Semua jadi pada kepo, kalian temu kangen di ruang meeting?" bisiknya.

"Temu kangen gundulmu." Pasti pada kepo, setiap ruang di kantor ini, di partisi dinding kaca, termasuk ruangan-ruangan manager dan ruang meeting, kecuali ruangan branch manager.

"Iri sama Mbak Kay," Siska tiba-tiba ikutan nimbrung, "kata Mbak Sonia, dulu kalian pernah satu kampus ya?"

"Iya sekampus, dia katingku dulu." aku pura-pura terlihat santai, biasa aja.

"Eh denger deh." Ria berdiri, ikutan nimbrung di depan mejaku, ditangannya ada ponsel, "Aku kepo ke cabang Semarang, temenku kan kerja di sana, katanya Pak Bara emang single, dia duda."

Astaga. Dia gak bohong ternyata.

"Dua tahun lalu nikahnya, setelah pelatihan pengembangan staf yang diwakili Mbak Kay, Mbak Sonia, Bu Retno, dan beberapa manager." lanjutnya.

Ingatanku kembali mengembara, pada pertemuan kami dua tahun lalu, di salah satu hotel tempat pelatihan yang kuikuti.

"Beneran kamu ternyata, kepala batu."

Aku terhenyak. Kampret. Setelah menghindar ke sana-kesini, akhirnya ketemu juga saat keluar dari toilet. Bara, dengan senyum lebarnya menatapku. Dia juga baru keluar dari toilet. Astaga, dari sekian banyak orang, kenapa harus bertemu dia lagi sih?di depan toilet lagi.

"Kenapa sih rujak cingur?"

Dia tertawa, ingat rupanya dengan sebutan spesialnya dariku. Karena banyak omong, makanya kuberi sebutan rujak cingur, salah sendiri memanggilku kepala batu.

serendipity (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang