Ditulis, 28 April 2021.
🌇🌇🌇
Tarissa baru tiba di tempat kerja, tapi semua orang sedang menatapnya---lebih tepatnya meneliti. Awalnya dia tidak peduli, tapi semakin lama dia yakin ada yang tidak beres.
"Percuma pake jilbab kalau simpanan om-om."
Suara bisik-bisik terdengar ke telinganya. Hah, sekarang dia tahu akar permasalahannya apa. Pasti berhubungan dengan kejadian semalam.
Semalam sore, saat dia menyarankan untuk memeriksa bajunya dan si tukang fitnah itu, mereka menemukan ponsel yang dimaksud berada di saku pemiliknya sendiri. Sementara di sakunya, mereka berhasil menemukan dua ponsel. Ponsel yang pertama masih biasa saja. Namun semua karyawan melotot melihat ponsel yang kedua. Itu ponsel merk grape keluaran tahun ini. Yang mana hanya ada 100 buah di dunia. Harganya yang tidak ramah kantong membuat hanya kalangan atas yang mampu membeli.
"Kalau hpnya aja mahal gitu mana mungkin dia nyuri hp orang lain," bisik seseorang di kerumunan itu.
"Kenapa dia bisa punya hp semahal itu? Dia cuma cleaning servis. Butuh satu tahun gaji buat beli hp kayak gitu," ujar yang lain.
"Dia pasti jual diri," celetuk sebuah suara. Terdengar jelas jika itu suara perempuan.
Dia tidak merespon. Hanya diam sambil memungut lagi barang-barang miliknya. Pak Ilham yang menyaksikan hanya menatap wajahnya seperti ikut meneliti. Dia tertawa dalam hati. Hah. Lelaki ini ... benar-benar bukan tipenya.
Kejadian semalam pasti yang membuat gosip tidak baik tentangnya ini menyebar. Dia tidak punya waktu untuk mengurusi mereka. Bahkan jika dia berbicara, itu malah makin menyudutkannya.
Mira yang tidak tahan langsung menghampirinya. Dengan wajah kesal dia bertanya, "Kenapa kamu gak jelasin aja ke mereka?! Biar mereka diam! Berisik banget, tau gak?!"
Para wanita yang tadinya berbisik segera memerhatikannya. Menunggu respon yang akan ia keluarkan. Tolong ingatkan jika dia adalah Tarissa.
"Buat apa? Saya gak punya waktu buat nutup mulut anjing. Bisa-bisa saya malah digigit." Tarissa tersenyum simpul usai mengatakan itu.
Mendadak semua merasakan belati menusuk jantung mereka. Kata-kata yang perempuan itu ucapkan begitu menusuk. Sampai tidak ada yang bisa membalasnya.
Pak Ilham yang ternyata berdiri di sana langsung terdiam. Tidak perlu menggunakan tenaga untuk berdebat tapi sudah memenangkan pertandingan.
Lelaki itu berdehem keras untuk menarik perhatian. "Sedang apa kalian?! Kembali bekerja!" ucapnya ketus.
Para karyawan yang tadinya terdiam segera pergi ke posisi masing-masing. Tarissa dan Mira juga kembali bekerja, tidak memedulikan pak Ilham yang masih menatapnya.
"Tari, setelah selesai, kamu ke ruangan saya. Bawa teh hangat sekalian," ujar lelaki itu.
"Baik."
🌇🌇🌇
"Ini tehnya, Pak." Tarissa meletakkan gelas beserta piring kecil di atas meja kerja, lalu beranjak pergi.
"Sebentar. Saya ingin berbicara sebentar dengan kamu." Ucapan pak Ilham terpaksa membuatnya kembali menghadap lelaki itu.
Dengan senyum ramah dia bertanya, "Kenapa, Pak?"
Pak Ilham memberi kode agar dia duduk di kursi terlebih dahulu. Paham akan kode itu, dia meletakkan nampan di meja lalu duduk di kursi yang di sediakan.
"Kamu ... benar-benar tidak ingin posisi yang saya tawarkan kemarin?" tanya pak Ilham tanpa perlu repot berbasa-basi.
"Iya."
"Kenapa?"
Perempuan itu menghela napas. "Selain saya tidak ingin merepotkan diri, saya juga akan mengundurkan diri setelah menerima gaji nanti," jelasnya.
"Kamu ingin keluar? Tapi kenapa? Apa karena masalah semalam? Saya bisa menegur mereka agar berhenti menggunjingmu. Atau---"
"Tenang, Pak, tenang. Oke?" Buru-buru dia menghentikan lelaki itu agar tidak berbicara lebih lanjut. "Bukan salah siapa-siapa. Tapi sejak awal saya memang menargetkan untuk bekerja selama 3 bulan saja. Setelah itu saya akan mencari pekerjaan lain," paparnya.
Pak Ilham menatapnya tak percaya. Seolah dia menganggap pekerjaan itu hanyalah tes kenyamanan semata. Astaga! Berapa banyak orang yang mengharapkan agar bisa bekerja dengan perkerjaan dan gaji yang layak. Sedangkan dia?!
"Lalu, setelah ini kamu akan ke mana?" Ia rasa itu pertanyaan yang lebih baik ketimbang membahas cara bersyukur.
Terlihat raut wajah Tarissa yang tampak sedang berpikir. Kemudian, jawaban perempuan itu jelas membuat matanya ingin keluar, "Jakarta Utara."
🌇🌇🌇
Sejak meninggalkan pabrik, keduanya hanya diam di dalam mobil. Pak Ilham yang sedang menyetir sesekali melirik Tarissa yang sedang duduk diam sambil menatap ke depan.
Lelaki itu membawa mobil dengan lambat, serta memilih rute yang jauh. Tarissa yang sadar hanya diam saja. Lagipula dia juga sedang tidak ingin pulang terlalu cepat.
"Tari, kamu yakin mau ke sana?" Pak Ilham akhirnya membuka pembicaraan. Sejak tadi dia hendak bertanya tapi takut.
"Iya. Seminggu lagi saya akan berangkat. Gak sampai seminggu, sih. Lima hari lagi saya udah berangkat," jawab perempuan itu. "Dan soal akuntan. Kenapa gak rekrut dari karyawan aja? Bapak gak mungkin ngerjain sendiri karena itu perusahaan besar," ujarnya.
"Hm saya gak terlalu percaya mereka." Pak Ilham menyahut lemah.
"Yang baik itu bukan menuduh, tapi waspada."
Pak Ilham bergumam. "Nanti saya pikirkan," ujarnya. "Bisa saya minta nomor telepon kamu? Hanya untuk menjaga silaturahmi."
Tarissa mengangguk, lalu menyerahkan selembar kertas pada lelaki itu. Pak Ilham melihat kertas berwarna hitam dengan tulisan putih itu. Di sana hanya ada nama Tarissa dan juga nomor ponsel di bawahnya. Tidak ada keterangan apa-apa.
"Terimakasih," ucapnya.
"Sama-sama."
Keduanya kembali hening. Hingga mobil pak Ilham memasuki gang menuju rumah tempat ia menyewa. Mobil itu berhenti di depan pagar. Begitu Tarissa turun, beberapa tetangga melihatnya penasaran.
"Tari, besok saya jemput, boleh?" Pak Ilham turun dari mobil juga, membuat suara bisik-bisik terdengar.
Tarissa tersenyum kecut. Lelaki ini ... selalu membuatnya jadi bahan gosip wanita. Tidak di kantor, atau di luar. Dari pada membuat gosip semakin hangat, lebih baik ia cepat-cepat menjawab. "Tapi di depan aja. Tempat kemarin Bapak jemput saya," ujarnya.
"Oke." Pak Ilham tersenyum lebar saat mendengar jawabannya. Pada saat inilah dia semakin yakin ...
"Hati-hati."
... agar tidak sembarangan memijit kepala seorang pria lajang. Berbahaya.
🌇🌇🌇
Tidak ada gunanya menutup mulut anjing. Yang ada kau malah akan digigit. Dan mereka akan terus menggonggong sampai mulut mereka memakan tanah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Nyusahin
ActionTarissa Acasha, perempuan berumur 25 tahun yang suka berpindah tempat tinggal. Dia akan tinggal paling lama setahun pada suatu tempat, setelah itu pindah ke kota lainnya. Menurutnya jika tempat itu sudah berisik, maka lekas pindah. Bukan tanpa alasa...