Tentang dia

191 19 1
                                    

Ditulis, 4 Mei 2021.

🌇🌇🌇

Mobil yang dikendarai Dhea berhenti di halaman rumah. Rumah itu terlihat besar dari luar, juga halamannya yang luas dan ditanami banyak bunga. Gadis itu memberi kode agar keduanya turun.

Setelah mengamankan kucingnya, Tarissa mengikuti Dhea masuk ke rumah. Sementara kopernya dibawa oleh satpam yang berjaga di pos pagar tadi.

"Helo, penghuni rumah! Dhea pulang bawa cecan!" Dhea berteriak dengan percaya dirinya. Sementara Tarissa yang berada disampingnya mengernyit heran.

Bukan temen gue.

"Apaan, sih? Berisik amat!" Seseorang dari lantai dua menggerutu. Namun tubuhnya membeku setelah melihat Tarissa.

"Abang! Liat, gua bawa cecan. Cakep, kan? Iya, dong! Temen gua gitu lho! Gua aja cakep. Apalagi temen gua, ye, kan," celetuk Dhea sambil mengibaskan rambutnya.

"Masya Allah! Ada bidadari mampir ke rumah gua! Nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan?" Lelaki yang dipanggil Abang oleh Dhea tadi tersenyum lebar dengan mata berbinar.

Tarissa tidak tahan untuk menepuk jidatnya sendiri saking gemasnya. Ini baru dua. Bagaimana jika satu keluarga?

Namun, sepertinya nasib sial mengikutinya. Sebab, baru saja ia berpikir seperti itu dan sudah terkabulkan.

Seorang wanita dari arah dapur berseru setelah melihatnya, "Oh My God! Anak siapa ini cantik banget?! Kamu mau gak kalau diganti sama Dhea? Itu anak jelek, bawel pula!"

Mendengar hal itu Dhea memekik kesal. "Mama! Gak boleh gitu sama anak sendiri!"

Tarissa tersenyum kikuk. Ahaha, dia bingung harus bersikap seperti apa. Tangan kanannya yang bebas mengusap tengkuknya yang terhalang jilbab.

Dulu saat di Pekanbaru, dia hanya bertemu dengan Dhea dan neneknya. Tidak menyangka jika keluarga gadis itu ternyata sama dengan Dhea sendiri.

Tenang. Masih ada satu lagi. Semoga bapaknya agak terkendali. Ahaha, semoga.

"Masuk-masuk. Kamu pasti capek abis dari perjalanan. Langsung mandi aja, ya. Abis itu istirahat. Kalau mau makan siang dulu juga boleh," ucap ibu Dhea. Namanya Sofia Vergara. Tadi saat di mobil gadis itu mengatakannya.

"Iya, Tante," sahutnya.

"Dhe, tunjukin kamarnya ke Aira," kata Sofia pada Dhea.

"Siap!"

Dengan gerakan kepala Dhea meminta Tarissa mengikutinya. Dia ikut di belakang dengan kandang kucingnya. Sementara kopernya sudah diantar terlebih dahulu oleh satpam tadi.

Ngomong-ngomong, seperti yang dia bilang kemarin jika dia akan memakai nama Aira Elfiza untuk ke depan. Tidak tahu sampai kapan. Jadi tidak ada yang tahu namanya selain Dhea. Bahkan dulu yang Dhea tahu namanya bukan Tarissa.

Begitu memasuki kamar yang dimaksud, bibirnya melengkung ke atas.

"Ini kamar lu. Kalau ada apa-apa, lu bisa ke kamar gua. Tepat di sebelah kamar lu. Gimana? Bagus, gak?" jelas Dhea.

"Bagus. Gue suka warna abu-abu," sahutnya.

"Lu tidur, gih. Nanti biar bi Sari yang bawain makanan ke kamar lu. Ntar malam kita keluar. Gua mau kenalin lu ke yang lain," ujar Dhea lagi.

Tarissa mengangguk paham. "Btw, kucing gue gak papa, kan, berkeliaran di rumah lo?" tanyanya.

"Gak papa. Orang rumah gua suka kucing, kok. Apalagi kak Vian," jawab Dhea.

Mantan NyusahinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang