Tarissa Acasha, perempuan berumur 25 tahun yang suka berpindah tempat tinggal. Dia akan tinggal paling lama setahun pada suatu tempat, setelah itu pindah ke kota lainnya. Menurutnya jika tempat itu sudah berisik, maka lekas pindah. Bukan tanpa alasa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🌇🌇🌇
Tarissa selesai merapikan mukenanya lalu menghampiri ponselnya yang berdering. Ada beberapa pesan masuk yang salah satunya dari Martin Mahaganta.
Alisnya terangkat karena penasaran. "Masih sehari dan dia udah ngajak jalan?" gumamnya.
Dia berpikir sejenak. Tidak ada salahnya untuk menerima ajakan lelaki itu. Mungkin dia bisa punya kesempatan untuk tahu lebih banyak tentang Archlucky. Nama lelaki itu memang menyusahkan, sama seperti orangnya.
Oke. Jam 3, ya.
Setelah mengirim balasan dia pergi ke kamar Dhea. Masih jam 5 subuh. Gadis itu pasti masih tidur. Namun, dia kembali memutar arah. Lebih baik dia ke dapur dari pada merusuh di kamar Dhea.
Sesampainya di dapur, seorang wanita tampak sedang sibuk dengan kegiatan memasaknya. "Pagi, Bi Sari. Saya bantuin, ya," katanya.
Wanita yang ia panggil menoleh. "Eh, gak usah, Non. Ini emang kerjaan saya. Non mau apa? Bisa saya buatin," tolaknya sopan.
"Gak papa. Kayaknya masakan Bibi banyak banget. Buat siapa aja?" Tarissa mencuci tangan sebelum mengambil alih pisau dan memotong buah apel.
"Oh, ini. Non Dhea kalau pagi sukanya makan nasi goreng dicampur potongan daging sama sosis. Trus kalau tuan dan nyonya cuma makan roti selai aja. Sama kayak den Vian," jelas bi Sari.
"Banyak maunya si Dhea. Nyusahin bener," celetuk Tarissa. Tangannya sibuk menyusun potongan buah apel di atas piring. "Bibi rapiin meja aja, gih. Biar aku yang masak," ujarnya. Dia tersenyum, memberi tahu jika itu bukan pilihan.
"I-iya, Non." Bi Sari bergegas pergi ke meja makan, menata piring dan juga gelas.
Tarissa tersenyum puas, lalu mulai menumis bumbu dan juga potongan daging yang sudah lembut. Tidak lupa memasukan sosis yang sudah ia potong dadu. Dia memasak dua porsi. Tentu saja satu lagi untuknya.
Dia itu warga lokal. Jadi jika sarapan tanpa nasi rasanya kurang afdol.
Begitu nasi goreng jadi, dia meletakkannya di mangkuk putih. Setelah itu yang ia lakukan adalah membuat teh manis hangat dua gelas. Dia dan Dhea punya selera yang sama.
Asyik memasak, tanpa sadar sudah pukul 6 lewat. Dari belakang Tarissa tidak sadar jika ada yang memerhatikannya dengan senyuman. Setelah dirasa cukup, sosok itu pergi meninggalkan dapur.
🌇🌇🌇
"Dhea!"
Mendengar teriakan yang memekakkan telinga, Dhea segera menarik selimutnya menutupi seluruh tubuh. Dia masih mengantuk karena baru pulang tadi malam. Tidak bisakah dia istirahat hari ini?