Dijual

207 20 3
                                        

Ditulis, 15 Oktober 2021.

Ditulis, 15 Oktober 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌇🌇🌇

Dua hari ini Vian terus mengikuti Tarissa saat dia selesai bertugas. Mulai dari joging, makan siang, saat di rumah pun tidak ketinggalan. Dan sebagai adik yang baik, Dhea dengan murah hati menasehatinya, "Abangku tersayang. Jangan baper sama setan polos ini. Gue kasian ama lu. Soalnya luluhin dia itu susah. Terlebih tampang dia itu tampang pelatih. Jadi mending lu mundur!"

Dan dia juga memperingati Tarissa, "Dan teruntuk teman sesatku. Jangan baperin Abang gua! Walau tampang Abang gua kek playboy gini, tapi dia baru pacaran sekali! Itu juga ditinggal mati."

Tarissa hanya tertawa, sementara Vian sama sekali tidak mau mendengarkan adiknya.

Dhea menyerah. Biarkan saja dua manusia itu. Yang jelas dia sudah mengingatkan.

"Ntar temenin gua keluar, ye. Gak akan lama pulangnya," ajak Dhea.

Tarissa mengangguk setuju. Mulutnya sedang sibuk mengunyah makanan. "Gue ganti baju dulu. Eh, sekalian mandi deng. Tadi keringetan," ujarnya.

"Iya. 30 menit lagi kita berangkat," jawab Dhea.

"Sip." Tarissa bangun, lalu naik ke kamarnya. Di tangga, dia berpapasan dengan Vian yang memakai pakaian serba hitam. Dan itu membuatnya–Ugh! Jaga pandangan!

"Mau ke mana?" tanyanya.

Vian berhenti dan menoleh ke arahnya.  "Atasan gue dapat informasi kalau ada pertukaran di salah satu club malam ini. Jadi dia minta buat siap-siap," ujarnya. Harusnya informasi ini tidak boleh dikatakan pada orang lain. Tapi, menilai dari sisi ini saja, Tarissa tahu jika Vian sangat percaya padanya.

Dia tersenyum tulus. "Hati-hati."

Vian tersenyum lebar. "Pasti!"

🌇🌇🌇

"Gua ke toilet bentar." Dhea bangkit dan bergegas menuju toilet. Sisa temannya yang lain hanya melihatnya bingung.

"Cepirit kayaknya," celetuk Nisa dan disambut gelak tawa yang lain. Perempuan itu menoleh ke arah Tarissa yang sedang sibuk bermain ponsel. "Apa rencana lu ke depan?" tanyanya.

"Kayak rencana awal. Begitu urusan gue selesai, gue balik ke asal," sahut Tarissa tanpa mengalihkan perhatian dari layar ponsel. Saat ini dia sedang menulis naskah baru. Dan mumpung sedang rajin, jadi jangan ditunda-tunda.

"Gimana kalo gak sesuai sama rencana awal lu?" tanya Nisa lagi.

"Bikin rencana baru."

Mantan NyusahinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang