Tarissa Acasha, perempuan berumur 25 tahun yang suka berpindah tempat tinggal. Dia akan tinggal paling lama setahun pada suatu tempat, setelah itu pindah ke kota lainnya. Menurutnya jika tempat itu sudah berisik, maka lekas pindah. Bukan tanpa alasa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bos, perempuan ini sudah dijual oleh Martin. Tapi dia membuat kerusuhan di sini dan memukuli para penjaga," jelas salah satu pria itu.
Kali ini bukan hanya Tarissa yang merinding, tapi semua yang ada di ruangan itu juga ketakutan. Mereka tidak melewatkan sesuatu kan? Kenapa bos mereka malah memeluk perempuan itu?
Tarissa punya tebakan di hatinya, segera lepas dari pelukan Archlucky. Matanya menoleh ke arah lain dan berhenti pada pria di samping Archlucky. Dengan sisa keberanian, dia mendekat ke arahnya. "Sayang! Tolongin aku!" ucapnya tanpa malu.
Pria yang dimaksud menatapnya aneh. Dia ingin mendorong perempuan itu, tapi bosnya kembali menarik kerah belakangnya.
"Jangan tarik-tarik! Aku aduin ke pacar aku! Biar kamu dipukul!" omel Tarissa. Percayalah dia ingin menghilang sekarang. Harusnya mereka bertemu tadi, sebelum dia berkelahi. Masih cantik. Bukan sekarang!
Archlucky mengangkat alisnya sebelah, lalu melirik pria yang Tarissa maksud sebagai pacarnya. "Oh? Berani?" tanyanya dan langsung mendapat gelengan kuat pria itu.
Dia kembali melihat Tarissa, wajahnya seolah berkata, "Lihat?"
Tarissa melotot. Antara kesal, marah, takut, dan bahagia. "Jelek!" ucapnya ketus.
Archlucky terkekeh geli. "Kenapa, hm?" tanyanya. Tangan kanannya terangkat hendak mengelus rambut perempuan itu. Tapi tangannya terhenti di udara melihat pelipis Tarissa yang berdarah. "Sakit?"
Mendengar pertanyaan dan nada khawatir seperti itu membuat pertahanan Tarissa runtuh. Dia langsung meraung sedih. "Sakitt! Aku dipukul! Aku juga dijual! Mana harganya murah!" keluhnya. Matanya berkaca-kaca, ingin menangis tapi malu.
"Siapa yang mau beli kamu, hm? Gak ada gunanya gini. Nyusahin mulu. Bikin rugi aja," celetuk lelaki itu.
Tarissa langsung menjambak rambut lelaki itu gemas. "Kamu yang nyusahin! Mantan nyusahin!"
Archlucky tertawa kecil. Dia menunduk agar tangan Tarissa bisa mencapai rambutnya. "Kalau nyusahin, kenapa disamperin?" tanyanya.
"Siapa juga yang nyamperin! Aku kebetulan aja ke sini. Trus Martin nyuruh datang ke sini. Jadinya deh ketemu," elak Tarissa. Dia sudah selesai dengan rambut lelaki itu. Ada beberapa helai rambut di tangannya, membuatnya merasa kasihan.
"Tukang ngeles," cibir Archlucky.
Sekali lagi Tarissa kembali kesal.
Sementara itu, orang yang ada di ruangan selain mereka membeku. Mereka bukan orang bodoh. Apalagi yang kurang jelas? Bos mereka yang biasanya kaku, tiba-tiba tertawa dan bahkan membiarkan perempuan itu menarik rambutnya tanpa kehilangan nyawa, jelas itu seseorang yang spesial. Dan apa yang mereka lakukan? Memukulnya tanpa memberi keringanan!