Bos Ilham

118 11 4
                                        

Diketik, 15 Februari 2022.

🌇🌇🌇

Masih pukul 6 pagi, tapi ruang rawat Tarissa sudah ramai. Siapa lagi jika bukan Dhea dan Archlucky sedang adu argumen. Seharusnya dia sudah bisa pulang tadi malam, tapi kedua orang ini melarangnya. Alasan Dhea karena tidak ingin dimarahi ibunya, sedangkan Archlucky hanya mau agar dia cepat sembuh. Namun, mereka lagi-lagi bertengkar tentang dengan siapa dia pulang.

"Berisik kalian berdua! Gue ngesot ntar pulangnya!" teriaknya.

"Gaya lu!" Dhea meliriknya sekilas, lalu kembali memelototi Archlucky.

Tarissa membenarkan selimutnya. "Mending tidur lagi. Sekali-kali bangun siang," katanya. Baru juga memejamkan mata, ponselnya berdering, pertanda ada panggilan masuk. Dengan berat hati dia bangun dan meraih ponsel di meja kecil sebelah kanan.

Ia menggeser layar hijau kecil tanpa membaca nama yang tertera. "Halo. Siapa?" tanyanya.

"Tari, ini aku. Aku mau bilang kalau aku di Jakarta. Kamu di mana? Nanti aku ke sana," ujar lelaki di seberang sana–Pak Ilham.

Tarissa segera duduk, kaget karena mendengar jika lelaki itu ada di sini. "Eh, bapak ngapain ke sini? Mau nyusulin saya, ya? Dih, gak usah. Saya bisa jaga diri sendiri," katanya.

Terdengar suara tawa geli lelaki itu. "Kepedean kamu. Aku ke sini karena ada urusan. 10 hari, setelah itu kembali ke Kalimantan. Mumpung lagi di sini, jadi sekalian mau ketemu kamu," jelasnya.

Tarissa terkekeh. "Kirain. Kalau gitu nanti saya ke sana. Tapi sekarang saya lagi di rumah sakit. Jadi mungkin besok baru bisa," katanya.

"Kamu sakit?!! Kenapa? Apanya yang sakit? Aku ke sana ya," ujar Ilham tergesa-gesa. Tarissa tersenyum tipis saat mendengar suara khawatir lelaki itu. "Abis jatuh aja. Enggak kenapa-kenapa kok. Tapi kalau mau ke sini bawain makanan ya," balasnya.

"Oke. Kamu kirim alamat sama nomor kamar kamu. Aku ke sana sekarang." Usai mengatakan itu telepon terputus, Ilham yang mematikannya.

Tarissa merenung sejenak, lalu mengirim alamatnya pada Ilham. Setelah itu, dia melihat ke dua orang yang sedang menatapnya lekat. Yang satu penasaran, sementara satu lagi menatapnya dingin.

Dia berdehem pelan, lalu bertanya, "Kenapa?"

"Siapa?" Archlucky bertanya balik.

"Mantan Bos aku waktu di Kalimantan mau ke sini," ujar Tarissa tanpa menjelaskan lebih lanjut.

"Kapan?"

"Bentar lagi sampai. Kalian pulang gih sana," usir Tarissa.

Archlucky mendengkus, lalu duduk dengan malas di sofa. "Mager," katanya.

Dhea yang diam juga buka suara, "Bukannya gua gak mau pulang. Tapi, kalo gua pulang gak bareng elu, bisa ditendang nyokap ntar. Jadi gua ikut nunggu di sini ye." Setelah itu dia segera duduk berjauhan dari Archlucky.

Tarissa hanya menatap mereka dalam diam. Dia berkedip, dalam hati berkata, "Bilang aja kepo."

Setelah hampir 30 menit, ada yang mengetuk pintu. Ketiga orang itu segera menoleh. "Biar gua yang bukain pintu," ujar Dhea.

Saat pintu terbuka, Dhea disambut dengan lelaki berwajah tampan tapi ... galak. Bagaimana cara menjelaskannya? Archlucky memiliki udara dingin yang membuat orang menjauh. Sementara lelaki ini merasa seperti dia akan memakan orang di depannya. Intinya sama-sama menyeramkan.

"Permisi?" Ilham bersuara saat Dhea hanya diam sambil menelitinya.

"Mantan Bos Tarissa?" tanya Dhea dan diangguki Ilham. "Oke. Silakan masuk," katanya.

Ilham segera masuk. Saat hendak melewati Archlucky, dia menoleh. Mata keduanya bertemu, tapi hanya sebentar sebelum akhirnya dia melangkah menghampiri Tarissa.

Dia meletakkan buah yang ia bawa ke meja samping ranjang. "Kenapa bisa jatuh?" tanyanya, terdengar tidak senang.

Tarissa menyengir lebar. "Salahkan kaki, kenapa nggak punya mata," katanya.

Ilham hanya menatapnya tanpa berkata apa-apa. Melihatnya masih bisa bercanda, tampaknya itu bukan luka yang serius. "Lain kali hati-hati," ujarnya.

Tarissa mengangguk patuh. Tatapannya beralih ke Archlucky dan Dhea, keduanya sedang menatapnya tajam. Hanya Archlucky sebenarnya, sementara Dhea menatapnya dengan mata berbinar. Terlihat seperti ingin bergosip.

"Oh iya, Pak. Kenalin, mereka teman saya. Dhea dan Lucky. Dan ini bekas bos gue, Pak Ilham," ujarnya memperkenalkan satu persatu.

Ketiga orang itu saling melirik dan melempar senyum tipis. Membuat suasana agak canggung. Namun, itu hanya sebentar. Sebab, dering telepon Ilham mencairkan suasana.

Lelaki itu melirik layar ponselnya, lalu menolak panggilan tersebut. Dia menatap Tarissa dengan tatapan bersalah. "Sepertinya aku harus pergi sekarang. Aku akan menghubungimu lagi nanti," ujarnya.

"Enggak papa. Kalau udah keluar dari rumah sakit, saya kabarin," sahut Tarissa.

"Oke. Saya pamit." Ilham melambai pada Tarissa, lalu mengangguk singkat ke Dhea dan Archlucky.

Begitu Ilham menghilang dari balik pintu kamar, Dhea segera mendekati Tarissa. "Bos lu ganteng banget. Jarang-jarang ada CEO umur segitu. Umur berapa? Udah punya pacar belum?" tanyanya antusias.

Tarissa meliriknya jijik. "Ingat pacar lu. Bentar lagi mau tunangan," cibirnya.

"Orang nanya doang. Jangan pelit ama temen," ujar Dhea. Meski katanya sudah tobat jadi playgirl, tapi jika ada lelaki tampan di depan mata, tentu saja harus dinikmati.

"Udah, huss sana. Gue mau tidur lagi. Ngantuk. Gue ini lagi sakit, tau!" Tarissa menarik selimut hingga menutupi leher, berniat memejamkan mata.

Namun, Archlucky yang sejak tadi diam, membuka mulut. "Udah siang, jangan tidur lagi."

Tarissa menatapnya dengan sedih. "Tapi aku sakit," katanya.

"Tadi kayaknya udah sembuh, deh." Lelaki itu mendengkus. "Bangun. Makan dulu, baru tidur lagi."

Tarissa melihat mangkuk kecil yang dipegang lelaki itu. "Kamu icip dulu coba. Kalo enak, baru aku makan," ujarnya.

"Udah aku cobain tadi. Enak." Archlucky mendorong Dhea menjauh, lalu duduk di kursi sebelah Tarissa. "Makan," suruhnya.

"Bener? Gak bohong?"

"Hm."

"Gak percaya. Coba kamu abisin kalo emang enak."

"Mau aku suapin?"

"Hehe, percaya kok, percaya."

Tarissa meraih mangkuk yang dipegang Archlucky, lalu memasukkan sesendok bubur ke mulutnya. Segera ekspresinya berubah datar. Dia menatap lelaki itu dengan mata menusuk. Seolah berkata, "Tunggu pembalasan aku!"

Archlucky tertawa kecil melihat tatapannya. "Apa lihat-lihat? Abisin, Sayang."

💀💀💀

Dhea di sudut : cosplay jadi nyamuk gua.

Hai, hai. Maaf, saya lama update. Lagi serunya baca novel China. Mohon dimaafkan untuk para pembaca yang baik hati. Mungkin ini akan terulang lagi, hehe.

Sebentar lagi hari raya, saya persilakan yang ingin memberi THR untuk mengirim pesan. Nanti saya kirimkan nomor rekening. Terimakasih😘.

Mantan NyusahinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang