***
Kalian pasti tau kan gimana caranya menghargai karya penulis?:)
***
43. Berkumpul
***
Happy Reading!
***
"Terkadang Sahabat itu bisa menjadi jawaban arti dari kata 'bahagia itu sederhana' " -langitandrean
***
Saat pulang sekolah, Langit tak langsung pulang setelah mengantar Senja. Ya, kini Langit sedang melajukan motornya menuju kantor papanya, Devano.
Entah apa tujuan Devano menyuruh Langit untuk ke kantor, Langit pun tak tau. Ia hanya nurut kepada papanya itu tanpa bertanya lagi.
Langit memarkirkan motornya lalu masuk kedalam kantor itu. Langit tak memedulikan tatapan beberapa karyawan yang sudah menatapnya kini, ia memilih untuk terus berjalan ke ruangan Devano.
"Nyari siapa ya dek?" tanya seorang sekertaris yang duduk diluar ruangan Devano.
Langit mengerutkan keningnya. Namun sedetik ia mengerti, sepertinya sekertaris papanya ini baru makanya tidak mengenal Langit.
"Pak Devano ada?" tanya Langit.
"Maaf dek tidak ada lagi meeting diluar mungkin sebentar lagi selesai"
"Nanti bilangin ya kalau udah selesai ditungguin anaknya yang ganteng" ucap Langit lalu masuk kedalam ruangan Devano meninggalkan sekertaris yang kini cengo mendengarnya.
Langit duduk di sofa yang tersedia di ruangan Devano sambil mengambil ponselnya di tas. Saat hendak menyalakan ponselnya, tatapan Langit beralih ke sebuah kertas yang terdapat di meja dekat sofa.
Langit membaca judul artikel tersebut. Yang Langit tau, artikel ini sepertinya sudah lama dapat dilihat dari tanggal yang ada.
"Kecelakaan maut, dijalan cempaka 3 seorang pria menabrak seorang wanita berinisial RX yang mengakibat--"
"Langit"
Langit menghentikan ucapannya ketika suara Devano memanggilnya membuat Langit langsung mendongak.
"Eh Papa" sapa Langit lalu menaruh kembali kertas yang tadi ia baca.
"Udah lama?"
"Enggak baru" jawab Langit namun Devano hanya diam lalu mengambil laptopnya di meja kerja.
Langit memperhatikan kegiatan Papanya namun ketika Langit ingin bertanya, Devano sudah lebih dahulu memberi tau.
"Siapin buku, kertas, pulpen, hp. Kita belajar bisnis sekarang"
Langit cengo mendengar ucapan Devano. Namun ia tetap menuruti ucapan papanya meski dengan hati sedikit kesal.
"Pa Langit baru pulang loh masa udah belajar lagi? Cukup disekolah yang buat Langit stress sama pelajaran"
"Kita gak belajar pelajaran gak usah takut ada matematika" balas Devano dengan santainya lalu duduk disamping Langit sambil menatap laptopnya.
"Kan Langit masih sekolah Pa, belajar kerja ngurus perusahaan nanti aja kalau udah lulus"
"Semua orang gak tau takdir kita kedepannya Langit. Kalau ada hal yang mendesak terus belum ngerti apa apa gimana? Walaupun gak ada apa apa juga kita butuh bekal untuk kedepannya"
Langit terdiam mendengar ucapan Devano. Pemikiran Devano tidak pernah berubah dari dulu. Tetap dewasa dan memikirkan hal yang akan terjadi kedepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. LANGIT [END]
Novela Juvenil[Sequel Devaletta] -Saat ego yang memenangkan tetapi juga menghancurkan- Langit Andrean Fernandez, ketua geng Thunder yang jatuh cinta dengan gadis polos dan pintar, namanya Senjani Putri Xaviera. Hari-hari mereka terlihat sangat bahagia, namun baga...