Haiii ketemu lagi sama Ryntimtam disiniii, oh ya-oh ya, Selain Batten Diease dan Celebral Palys, ada juga Sindrom Guillian-Bare.
Sindrom ini menyebabkan kelumpuhan pada tungkai dan akan menjalar perlahan menuju tubuh bagian atas. Hampir mirip dengan Batten Diease, namun yang membedakannya adalah gejalanya.
Sindrom Guillian tak perlu mengalami gejala seperti hilangnya penglihatan.
Jangan lupa Vote untuk yang berbaik hati dan komen untuk yang berbesar hati🍃.
Enjoy the reading🍃
.
.
.
.Anya masih asik memejamkan matanya, dia bahkan tak terusik dengan rambut yang sudah basah karena liur milik Adit sudah membasahinya.
Adit sendiri sudah bangun dari tadi, rambut Anya berserakan diwajahnya, bahkan ada yang masuk ke mulutnya yang terbuka itu.
Adit tak masalah, dia masih asik memandangi wajah cantik Anya yang tertidur dengan damainya. "Anhh-ya.." panggil Adit pelan.
Anya masih menggeliat pelan, kemudian mengeratkan pelukannya pada tubuh Adit. "Anhh-ya..ghaa-ngun.." panggil Adit lagi sembari mengguncang pelan tubuh Anya.
Anya menggeram rendah, geramannya membuat Adit kaget, Adit kira Anya marah padanya karena dipaksa bangun. Alhasil Adit diam saja dengan mata memerah dan napas yang sesak.
Tak lagi mendengar suara Adit, akhirnya Anya membuka matanya, betapa kagetnya dia saat melihat Adit menangis dalam diam. Air matanya masuk ke dalam mulutnya yang terbuka.
"Adit!? Ya Allah Adit kenapa nangis!?." Anya langsung bangun, dia meraih tisu dinakas dan menyeka air mata Adit yang terus mengalir.
"Aaaaa..Anhh-yaa..haaaaaa.." tangisnya menguat, Anya gelagelapan, akhirnya dia memilih untuk membantu Adit untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang.
Anya meletakan sanggahan di kedua sisi kepala Adit agar kepalanya tak terkulai. Anya mengelus punggung tangan Adit pelan "Adit kok nangis? Adit kenapa nangis?" tanya Anya lembut.
Adit menangis dengan mata yang menatap Anya dengan tatapan sedih "Anhh-yaa..aaaaa..heuks..Anhh-yaa..khaa-raah..heuks..aaaaaa..Anhh-yaaa..khaa-raah..kha-ha..Kha-khit.." tangis semakin kuat.
Anya menyadari kesalahannya "Maaf ya sayang, Anya gak marah sama Adit. Anya kira yang bangunin Anya tadi bang Gian. Maaf ya sayang, maafin Anya." bujuk Anya sembari memeluk tubuh kurus Adit.
Anya tak perduli dengan liur dan air mata Adit yang membasahi bahunya, dia senantiasa mengelus bahu Adit agar pria muda ini tenang.
Pagi itu, diawali dengan tangisan Adit yang bagi sebagian orang itu menjengkelkan, karena dia menangis dengan bibir yang terbuka.
Ucapannya tak jelas, diselingi liur yang terus keluar. Tapi bagi Anya ini pemandangan yang lucu, Anya jadi gemas sendiri.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Setelah selesai dengan drama mereka dikamar, kini keduanya sedang berada di ruang makan. Anya melakukan sarapan dengan tenang sedangkan Adit makan dibantu Jihan.
Jihan dengan telaten menyuntikan makanan ke selang yang ada dihidung Adit. Walau sedang makan sekalipun, mata Adit terus tertuju pada Anya yang masih sibuk dengan makanannya.
Jihan mengelus rambut Adit dengan lembut. "Nanti mau pergi sama Anya kemana?" tanya Jihan halus.
Adit mengalihkan tatapannya kepada sang Bunda. Kemudian menjawab "Khaa-hau.." jawabnya singkat, karena memang dia gatau mereka mau pergi kemana.
Anya tak mengatakan kemana tujuan mereka "Nanti jangan nakal ya, jangan buat Anya malu." bisik Jihan ditelinga Adit.
Adit mengangguk kecil. Dia akan berusaha menjadi anak baik dan tak membuat Anya malu. "Kalian mau kemana Anya?" tanya Kardi kepo.
Anya menelan makannya lalu menoleh "Mau ke kampus Anya sebentar, terus mau pergi ke Mall buat beli keperluan Anya untuk skripsian." jawab Anya sopan.
Jihan dan Kardi terdiam, ke Mall?.
"Kamu yakin ke Mall sama Adit?" tanya Jihan pelan, bukan apa. Dia hanya takut Anya merasa malu jika membawa Adit bersamanya.
Adit yang mendengar ucapan Bundanya lantas terdiam, tatapan matanya menyendu dan memilih untuk menatap kaki kakunya saja.
Anya menggeleng. "Gak papa Bun, kasihan Adit kalau dirumah terus." ujar Anya tenang.
Jihan dan Kardi mengangguk, selama Anya saja tak masalah berarti tak apa-apa. "Jaga Adit ya." pesan Kardi pada Anya.
Anya mengangguk yakin, dia pasti akan menjaga Adit.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Anya mengelus punggung tangan Adit pelan, mereka sudah sampai di kampus Anya. "Adit, tunggu disini dulu ya. Anya ada perlu." Adit hanya memandang sendu Anya, sebagai kode jika dia mau ikut.
"Adit mau ikut keluar?" tawar Anya lembut.
Adit mengangguk kecil. "Eum yaudah, tapi mau pake masker? Atau enggak?" tanya Anya.
Alis Adit menukik pelan, menjadi pertanda bahwa dia tak mau pakai masker. Anya mengalah, baiklah terserah Adit saja.
Setelah keluar dan membantu kursi roda Adit turun dari mobil. Anya berjalan dengan tenang sembari mendorong kursi roda Adit.
Begitu dia memasuki koridor kampus, tatapan orang-orang langsung tertuju padanya. Tapi baik Adit maupun Anya tak perduli, mereka hanya diam saja.
"Adit, nanti kita mau ke Mall. Adit senang gak?" tanya Anya disebelah telinga Adit. Adit tertawa pelan, untung saja dia mengenakan handuk dengan daya serap tinggi.
Jadi liurnya tak membasahi kemeja baru Adit. "Khee-nang.." jawabnya bernada.
Anya tertawa pelan, tak perlu memperdulikan pandangan orang terhadap mereka, yang menjadi fokus Anya adalah Adit.
Pria itu nampak sangat senang melihat orang ramai, melihat pepohonan, melihat laptop dan layar-layar portable.
Karena selama 3 tahun Adit selalu dirumah, dia keluar hanya untuk pergi Terapi ke rumah sakit. "Kita nanti bakalan sering jalan-jalan keluar, Adit suka?" tanya Anya lembut.
Adit mengangguk pelan. "Khaa-khit..khuu-kaaa" jawabnya senang.
Anya mengelus kepala Adit pelan, dia senang kalau Adit senang, amat senang malahan. "Makannya Adit harus kuat. Biar bisa sering keluar bareng Anya." ujar Anya memberi semangat.
Benar, aku harus kuat demi Anya. Aku kan mau jadi Bapak dari anak-anak kami nantinya. Batin Adit semangat.
Jika bukan dia, maka Anya tak boleh bersama dengan yang lain. Anya hanyalah milik Adit selamanya.
Bersambung🍃
Jangan lupa vote dan komen✨
![](https://img.wattpad.com/cover/267902855-288-k531840.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lumpuh Husband [End]
RomanceDijodohin, sangat klise sekali. Tapi dijodohin sama pria lumpuh? Dan pria itu adalah teman masa kecilnya. Udah lumpuh, manja+cengeng, apa jadinya kehidupan rumah tangganya. "Dit, ayo ganti popoknya." "Anhhya..annhya.." "Kenapa Dit?" "Anhyaa..Anhyaa"...