02🍃

23.6K 2.3K 135
                                    

Haiii kembali lagi dengan Ryntimtam disiniiiii. Oh ya-oh ya, menurut data para Dokter, penyakit Batten Disease sering terjadi pada anak laki maupun perempuan.

Awal gejala biasanya terlihat diusia 5-10 tahun.

Silahkan vote bagi yang berbaik hati dan tinggalkan komen bagi yang berbesar hati🍃.

Enjoy the reading🍃
.
.
.
.


Diruangan yang lebar, tak penuh dengan benda apapun kecuali sofa dan kasur, ada seorang pria muda yang duduk dikursi roda, dengan keadaan tubuh seakan tak bertulang.

Sangat lemah, bahkan kepalanya sampai terkulai kebahunya. Disekitar lehernya ada handuk yang menutupi tubuh atas sampai perutnya.

Bibir yang terbuka sedikit membuat aliran ludah atau liur terus keluar, membasahi handuk yang bekerja cepat meresap liur tanpa ada bekas sedikitpun.

Didekat pria itu ada sepasang paruh baya yang menjaganya.

"Heuch-hunda.." panggilnya tak jelas pada wanita paruh baya disana, wanita itu menoleh. Dia menjawil pelan hidung bangir putranya.

"Adit mau apa? Biar Bunda ambilin" tawar Jihan lembut. Adit berusaha fokus pada wajah bundanya, walau tatapannya liar dan terus menatap ke seisi ruangan.

Adit menggerakan kepalanya pelan, gerakan menghantuk kekursi rodanya

"Hechh-hun..daa.." panggilnya lagi, Jihan menghela napas panjang, kemudian mendorong kursi roda Adit menuju kasur.

"Kamu bobok siang aja yah, ingat nanti malam kita mau ketemu sama Anya. Kamu ingat Anya kan?"

Adit menatap bundanya lama, kemudian tatapannya pecah lagi ke sekililing ruangan. "Annhh-ya.." panggilnya lagi.

Jihan mengangguk, kemudian memanggil suaminya untuk lekas membantu Adit agar bisa berpindah ke kasur. Kardi menggendong tubuh lemah Adit menuju kasurnya.

"Keluarga Azran mau datang kesini nanti malam?" tanya Kardi memastikan.

Jihan mengangguk, dia mengelus rambut hitam putra kesayangan satu-satunya itu. "Iya, mereka mau." jawab Jihan tenang.

Tatapan mata sendu Jihan layangkan pada Adit, pria muda itu masih menatap sekeliling dan sesekali pada Jihan. Dia tak fokus sama sekali.

"Adit, semoga nanti Anya gak jijik ya sama kamu. Kami gatau lagi harus minta tolong siapa, semoga kamu sembuh kalau sama Anya ya." bisik Jihan lembut ditelinga Adit.

Adit melirik Bundanya, senyum yang amat susah Adit lakukan, dia berikan untuk sang Bunda. "Heucrhh-hun..da.." panggilnya senang.

Jihan tertawa pelan, dia mengecup dahi Adit dengan penuh kasih sayang.

Sebenarnya, sejak kapan Adit kesayangannya menjadi seperti ini, jawabannya adalah sejak 3 tahun yang lalu.

Adit yang berumur 6 tahun kala itu dibawa ke Singapur untuk berobat, beruntungnya hanya butuh waktu 2 bulan Adit dinyatakan sembuh.

Selama 2 bulan itu Adit tersiksa, dia selalu berteriak histeris saat bangun tidur, karena saat dia bangun kinerja matanya akan hilang dalam waktu 10 menit.

Disaat itu, Adit tak bisa melihat apapun. Dia berteriak histeris, menangis, bahkan sampai kejang-kejang. Dokter mendiagnosis Adit terkena penyakit bernama Batten Diseas.

Penyakit yang membuat kelumpuhan secara perlahan. Dimulai dari kehilangan rasa dari jari kaki, lalu merambat sampai betis, seiring berjalannya waktu naik sampai pinggang.

Dulu, diawal Adit tak bisa jalan adalah disaat dia umur 13 tahun.

Saat itu Adit baru pulang dari sekolah, dan keburukan itu terjadi.

"hiks..BUNDA!! BUNDAAAA!! Huhuuu..hiks..BUNDA KAKI ADIT GABISA DIGERAKIN BUNDA!!..Hiks..HUAAAAAAA BUNDA KAKI ADIT GABISA DIGERAKIN BUNDAAAAAAA"

Jihan yang ada didapur berlari cepat mendengar tangisan anak semata wayangnya. Disana Adit yang masih memakai seragam putih birunya menangis histeris sembari memukul kedua kakinya.

"Kenapa sayang!? Kamu kenapa nak!?" tanya Jihan panik.

Adit menunjuk kedua kakinya yang mati rasa dan kaku. "Kaki Adit bund..hiks..kaki Adit gabisa gerak..hiks.." adunya pilu.

Jihan juga tak tau harus bagaimana, jalan satu-satunya adalah menggendong putranya lalu membawanya ke rumah sakit.

Sejak saat itu sampai sekarang, Adit selalu duduk di kursi roda.

Awalnya hanya kaki, lalu naik kedaerah tangan dan wajah. Adit mulai mengalami Hipersalivasi diumur yang ke 16, dia putus sekolah karena saat itu Adit mulai mengalami Demensia.

Adit mulai lupa, bagaimana caranya berbicara, apalagi ditambah dengan bibir yang terus terbuka dan membuka air liur keluar tanpa henti.

Sebelum Adit tergeletak lemah dikasur tanpa bisa menggerakan anggota tubuhnya, Adit sempat berbincang dengan Bundanya.

"Adit." panggil Jihan, Adit yang tengah duduk dikursi roda dan memainkan ponselnya lantas menoleh.

"Ya..bund?" jawab Adit mulai susah, bibirnya kaku dan terasa kebas. Bahkan untuk menggerakan lidah sepertinya rumit.

Jihan mengelus rambut Adit lembut "Mau ketemu sama Anya gak?" tanya Jihan pelan.

Mendengar nama Anya, mata Adit membola lucu, dia memandang bundanya lekat, kemudian menggeleng kaku.

"Gak..mau Bund..nan..ti..A..nya..ma..lu, A..ditkan..ca..cat Bund. Nan..ti..A..nya..ji..jik..te..rus..i..ler..A..dit..ke..luar terus..A..nya kan..gak..su..ka..sa..ma..i...ler.."

Jihan terenyuh, disaat seperti ini Adit masih mengingat apa yang Anya tidak suka. Tatapan sendu Adit sedikit berair, tak lama dia menangis.

"Hiks..A..dit..rin..du..A..nya.." isaknya pilu.

Dia rindu Anya, tapi apakah Anya sudi bertemu dengannya disaat dia mulai lemah dan tak berdaya seperti ini.

"Semoga Anya mampu menerima Adit."

"Dia pasti mau Yah. Anya sangat menyayangi Adit, dia pasti mau."

Dan yah, semoga saja Anya mau.



My Lumpuh Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang