Haiii balik lagi bareng Ryntimtam disini. Oh ya, perasaan baru 1 hari aku gak update, votenya udah mulai turun ya:). Gapapa deh, sing penting ada yang nunggu.
Oh ya dan jangan lupa vote dan komen ya🍃.
Enjoy the reading🍃
.
.
.
.Author Pov🍃
H+8 setelah pernikahan.
ANYA saat ini tengah memandikan Adit, ada 1 kemajuan yang sangat membahagiakan bagi Anya. Apakah itu? Kabar baiknya adalah ADIT UDAH MULAI BISA NUTUP BIBIRNYA GUUUYS.Walau liurnya masih menetes, tapi tak apa. Setidaknya Adit bisa makan tanpa menggunakan selang lagi horeeeee.
"Digosok-gosok pantatnya digosok-gosok." senandung Anya, Adit yang duduk dikursi khusus untuk dia mandi hanya tersenyum malu.
Benar sih, Anya saat ini sedang menggosok belahan pantat Adit agar terbebas dari kotoran dan cacing. "E-li.." cicit Adit malu.
Anya mendongak "Oh? Geli? Heheh, maaf." tapi tetap saja Anya terus menggosok pantat Adit.
Baru setelahnya dia berlanjut ke kaki "Kaki kamu udah bisa digerakin belom?" tanyanya. Adit menggeleng pelan, kakinya masih belum bisa dia gerakan.
Namun tangan kirinya sudah mulai bisa dia kendalikan. Anya mengelus rambut basah Adit "Gapapa sayang, nanti pasti bisa." ucapnya lembut.
Adit mengangguk, dan Anya melanjutkan kegiatan mari memandikan suami tercinta. "Oh ya Dit."
"Eum?"
Anya berhenti menggosok kaki Adit, dia mendongak dan menatap Adit lekat "2 minggu lagi kamu aku pulangin kerumah Bunda ya." Adit diam, loh? Ape nih? Dia mau dipulangkan?.
"He-na-pa?" lirih Adit sembari menatap Anya sedih. Duh, kokoro Anya gatahan kalau gini, kasian bener liat muka melas Adit.
"Nanti aja aku kasih tau, nah udah selesai. Sekarang handukan dan kita sarapan sama-sama."
Adit masih penasaran, kenapa Anya memulangkannya. Apa Adit nakal? Tapi perasaan enggak deh, Adit jadi anak baik setelah 4 hari silam Anya memarahinya.
🍃🍃🍃🍃
Adit mengunyah pelan bubur ayamnya, Anya dengan sabar menunggu Adit agar selesai dengan kunyahannya. "I-num." ucap Adit.
Anya memberikan segelas air hangat dan Adit memegangnya pelan. Dia meminum air itu perlahan karena takut tersedak.
"U-dah."
Anya mengambil lagi gelasnya, kemudian menyuapi Adit lagi, Depri yang daritadi jadi nyamuk lantas mendengus kesal. "Nya, temen gue mau dateng hari ini." celetuknya sembari menggigit daging steaknya.
Anya melirik "Siapa dan berapa orang?" tanya Anya.
"Ada 2 orang."
"Kebanyakan. Gausah deh, lagipula udah waktunya lo pergi Depri, udah 4 hari lo disini anjir."
"Jahat lo, gue aduin Tante Tasya lo."
"Tante Tasya kan mak lo bego. Ngapain lo manggilnya Tante."
"Ya, diakan mak tiri gue dongo!"
"Oh."
"Dih anjir."
"Bahasa mu kemayu, gaboleh gitu. Anya gak suka."
Depri mendelik "Jangan panggil gue kemayu!!!" serunya kesal, dia melempar cangkir plastik ke wajah Anya. Dan mengenai dahi cantiknya.
"Sakit njing!" seru Anya kesal, dia mengelus dahinya yang terkena lemparan Depri.
Adit sendiri melirik Depri tak suka, kemudian meraih cangkir tadi. Dan melemparnya ke wajah Depri "Lo-"
"He-risik! He-ma-yu."
Depri menggertakan giginya, berani sekali sicacat ini. Mentang-mentang Depri masih diam dan belum menjalankan rencananya, dia jadi merasa menang.
Gue bahkan belum mulai, dan lo udah ngerasa menang. Lucu juga lo cacat. Batin Depri.
Tok tok.
Ketiganya menoleh kearah pintu yang baru saja diketuk. Perlahan Anya berjalan menuju pintu dan meninggalkan Adit bersama Depri di ruang makan.
"Heh Cacat, lo udah ngerasa menang ya?"
Adit hanya mendecih sinis, dia meraih tisu lalu menyeka liur didagunya. "B-u-kan, u-khu-shan-ku." gumamnya tak peduli.
Depri menggeram kesal, dia berdiri lalu berjalan mendekati Adit, lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
Perlahan tapi pasti, dia menuangkan obat bubuk kesusu yang akan Adit minum setelah ini. Dan Adit tak menyadari pergerakan Depri. "Mati lo." gumam Depri disertai seringai keji.
Sedangkan Anya saat ini.
"Loh? Ada apa ya dek?" tanya nya pada seorang remaja berseragam SMA didepannya.
Remaja itu memberikan sebuah bingkisan. "Kami baru pindah kak, kata mama ini untuk kakak." ujarnya tenang.
Anya menerima bingkisan itu "Oh, makasih ya. Nama kamu siapa?" tanya Anya.
Remaja itu menunjuk ke bet nama diseragamnya. Mau tak mau Anya meliriknya "Ouh, Farel Sadewa. Nakulanya mana?" karena setaunya jika ada Sadewa maka ada Nakula.
Sadewa menunjuk ke arah mobil Ducati didepan pagar rumah Anya. "Itu dia." jawabnya datar.
"Ouh. Oke."
"SADEWA! CEPETAN MASUK ANJIR! BEBEB RORA UDAH NUNGGUIN KIYA BASING!!"
Sadewa nampak mendecih, terus berbalik "SABAR NAPA LO NAKULA BANGSAT!" serunya kesal lalu berjalan menuju mobil.
Anya hanya menggeleng pelan, apa-apaan mereka ini.
Anya berjalan perlahan masuk ke dalam rumah menuju ruang makan, lalu dia duduk disebelah Adit. Depri tak terlihat dikursinya semula.
"Udah makannya? Mau lagi?"
Adit menggeleng.
"Mau minum susu?"
Adit menggeleng "G-ak..ma-u. U-at..ka-mu..a-ja." ujar Adit sembari mengelus pipi chubby Anya.
Anya mengangguk, dia meminum susu yang seharusnya untuk Adit dengan santainya.
Tanpa menyadari, jika susu itu sudah dimasuki sesuatu oleh Depri.
Bersambung🍃
250 vote dan 150 komen no spam buat buka kunci chapter 18 sampai 21.
Babay💃
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lumpuh Husband [End]
Storie d'amoreDijodohin, sangat klise sekali. Tapi dijodohin sama pria lumpuh? Dan pria itu adalah teman masa kecilnya. Udah lumpuh, manja+cengeng, apa jadinya kehidupan rumah tangganya. "Dit, ayo ganti popoknya." "Anhhya..annhya.." "Kenapa Dit?" "Anhyaa..Anhyaa"...