Haiii semuanyaaa, jangan lupa vote dan komen ya. Unch-unch aku sayang kaliaaaaan💃✨
Enjoy the reading🍃
.
.
.
.Author Pov🍃.
Hari terus berlalu dan manusia terus menjalankan kehidupan begaimana semestinya, terhitung sudah 4 hari sejak kepergian Anya ke Kalimantan, Adit masih saja galau.
Dia sering melamun, terkadang menangis diam-diam. Namun saat ada panggilan masuk dari Anya dia akan kembali ceria dan berujung dengan tangisan karena teleponan mereka harus selesai.
Hari ini Adit mendapat jadwal terapi lagi bersama Dion, hanya tinggal terapi jalan yang harus Adit lakukan, kakinya juga tidak sekaku awalnya. Sudah mulai bisa digerakan dan merasakan rasa sakit kembali.
"Adit, pergi terapinya sama Bunda ya." ujar Jihan tenang sembari mendorong kursi roda Adit masuk ke dalam mobil. Adit hanya mengangguk saja, dia sibuk memandangi foto Anya ditangannya.
Jihan tau Putranya masih galau atas kepergian Anya, tapi tetap saja hidup harus terus berjalan. Tak bisa diam ditempat bagai jalan ditempat bukan?.
Perjalanan menuju Rumah Sakit tak membutuhkan waktu yang lama, hanya butuh waktu 30 menit dan akhirnya mereka sampai di Rumah sakit yang dituju.
Adit tak mau bersuara, terlalu malas untuk bersuara jika tak ada Anya. Dan yah, Adit menjadi lebih pendiam lagi saat ini, dia tak mau berbicara jika bukan karena dia ingin bicara.
Sesampainya mereka didepan ruangan milik Dion, keduanya masuk dengan perlahan. "Permisi, Dokter Dion." salam Jihan sopan sembari mendorong masuk kursi roda Adit.
"Oh, Buk Jihan. Silahkan masuk, dengan Adit kan? Loh tumben bukan sama Anya?" Jihan bingung ingin menjawab bagaimana, Dion terus saja ngerocos tanpa memberikan jedanya menjawab.
Adit melengos sebal, dia gasuka sama Dion, udah gak srek dia tuh. "Anya lagi pergi Koas ke Kalimantan, jadinya Adit sama saya dulu." jelas Jihan.
Dion membulatkan bibirnya kecil. "Ouh, oke. Silahkan masuki ruang terapi jalan ya Buk. Biar perawat baru kami yang mengatur keperluan Adit"Ujar Dion.
Jika diperhatikan lagi, senyumnya sedikit mencurigakan. Ini pertanda buruk.
"Dimana perawatnya?" tanya Jihan.
Dion menunjuk ke seorang gadis manis yang tengah berdiri didekat pintu "Itu dia, kenalkan namanya Mira Dwika. Dia perawat baru." ujar Dion tenang.
Adit menoleh, dia menatap dengan jeli perawat yang bernama Mira itu, seketika jantungnya berdegup dengan cepat apalagi ketika perawat itu tersenyum padanya.
"Ayo Dit." Adit masih terdiam, dia masih nge blank btw.
Jihan sendiri merasa ada hal aneh pada diri perawat bernama Mira itu, apa ada sesuatu yang akan terjadi ya? Jihan jadi takut, firasat buruk mendatanginya.
Biasanya, Firasat Jihan tak pernah salah. Pasti akan terjadi sesuatu yang buruk.
"Mari Pak Adit." Adit mengangguk pelan, dia tersenyum kecil melihat tindakan Mira. Mira membantunya berdiri agar dipasangkan walker dikakinya.
Adit terus tersenyum, dan Jihan mulai yakin firasatnya tak salah. "Mbak Mira, Aditnya udah nikah. Jadi tolong jangan digoda ya." ketus Jihan tak suka.
Jihan tipe wanita yang blak-blakan, jika tak suka maka dia akan memperlakukan orang itu dengan seenak udelnya. Tapi jika dia sangat suka dan menyayangi seseorang, maka orang itu akan diperlakukan bagaikan berlian.
Mira tersenyum kalem. "Baik Buk." jawab Mira sopan.
Jihan mendengus kesal, jelas sekali wanita cantik ini tak suka pada Mira. "Adit! Jangan senyum sama perempuan itu, atau Bunda aduin sama Anya!" peringat Jihan.
Adit mendelik, dia mendengus saja.
Akhirnya ketemu juga sama Mira. Batin Adit semangat.
Adit merasa, kedepannya akan semakin menarik untuk dilakukan.
Bersambung🍃
Mulai nih, pelakor mulai naik😎
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lumpuh Husband [End]
RomanceDijodohin, sangat klise sekali. Tapi dijodohin sama pria lumpuh? Dan pria itu adalah teman masa kecilnya. Udah lumpuh, manja+cengeng, apa jadinya kehidupan rumah tangganya. "Dit, ayo ganti popoknya." "Anhhya..annhya.." "Kenapa Dit?" "Anhyaa..Anhyaa"...