Hari Minggu adalah hari yang cukup membahagiakan dalam hidup Titania, ia bisa istirahat di rumah seharian tanpa harus keluar rumah untuk ke sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, namun gadis itu masih berbaring di kasur empuk dengan ponsel di tangannya.
Seseorang memasuki kamarnya diikuti makhluk berbulu yang bersuara lucu, membuat Titania menoleh dan mendapati seorang Asisten Rumah Tangga yang membawakannya makanan dengan seekor kucing berbulu putih yang terlihat sangat menggemaskan.
"Ini sarapannya, Non. Jangan lupa di makan."
"Iya, Bi. Terima kasih," kata Titania yang masih berbaring, seekor kucing lompat menaiki kasurnya membuat Titania menarik makhluk berbulu halus itu ke dalam dekapannya.
"Hai Ameng!" sapanya tepat di telinga hewan peliharaannya, kucing itu mendekatkan kepalanya pada tangan Titania membuat gadis itu mengelus kepala kucing yang dia panggil 'Ameng.
Titania beranjak dari tidurnya dan melirik makanan yang ada di atas nakas, sebuah sandwich dan segelas susu serta air mineral tersedia di sana. Gadis itu menyibak selimutnya dan membenarkan rambutnya serta berlalu ke kamar mandi diikuti kucing cantiknya.
Setelah itu, ia menggosok gigi dan mencuci wajahnya. Setelah semuanya selesai ia membawa piring dan segelas susu menuju balkon. Tempat favoritnya saat pagi dan malam hari, untung saja balkonnya tidak terlalu panas dan membuatnya bisa bersantai menikmati semilir angin dan langit yang dihiasi awan putih yang sangat cerah.
Ia duduk di salah satu kursi yang memang sudah disiapkannya karena memang ia sering mengerjakan tugas di sini. Titania menaruh segelas susu di atas meja dan mulai menikmati sandwich yang entah siapa yang membuatnya, biasanya yang membuat sandwich ada Mama.
Gadis itu menghentikan aktivitasnya, mengingat tentang Mama membuat gadis itu merindukan pelukan hangat yang dulu selalu diberikan saat keluarganya masih utuh. Sekarang keadaannya sudah berbeda, ayahnya tinggal bersama keluarganya yang lain.
Jauh di dalam lubuk hatinya, ia sangat merindukan sosok kedua orang tua yang selalu ada untuknya dan menanyakan bagaimana dirinya di sekolah apakah ada keluhan atau tidak. Hanya saja ia sadar, keadaannya sudah jauh berbeda sekarang.
Suara motor yang terparkir di halaman rumahnya membuat Titania berdiri dan membawa sandwich di tangannya. Mata gadis itu membulat saat melihat Alvaro dengan pakaian rapinya turun dari atas motor dan berjalan masuk ke dalam rumahnya.
Drttt...
Titania menoleh ke arah meja di mana ponselnya berada, sebuah pesan masuk dari Alvaro membuatnya dengan segera membuka pesan teks itu. Entah kenapa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.
Gue di depan rumah lo, jalan yuk.
Titania mendengus dan segera membalas pesan itu, jarinya menekan tombol send dengan harap Alvaro akan segera pergi dari rumahnya.
**
Gue belom mandi, udah sana balik.
Alvaro tersenyum tipis membaca pesan yang masuk ke dalam ponselnya, balasan pesan yang sangat jujur itu membuatnya tertawa karenanya. "Titania ada kan, Bi?" tanyanya saat seseorang membuka pintu.
"Oh, ada Den. Aden ini siapa ya?"
"Saya Alvaro, teman sekelas Titania."
Bibi itu mengangguk kecil. "Ya sudah mari masuk, biar Bibi panggilkan Non Titanianya," katanya, Alvaro mengangguk dan segera melangkah ke dalam serta duduk di tempat yang ditunjuk bibi untuknya.
Detik demi detik berlalu, Alvaro masih setia menunggu hingga seorang gadis masih dengan pakaian tidurnya muncul di lantai dua.
"Gue belom mandi, ngapain sih?" katanya dari lantai dua membuat Alvaro segera membuka ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker
Teen Fiction- Karena hanya sampah yang mau menerima sampah - *** Disayangi oleh orang yang disukai bukankah hal yang menyenangkan? Lalu, bagaimana jika dibenci oleh orang yang disukai? Bahkan, sampai bunuh diri dan hampir mati saja dia tidak peduli. Bagaimana...