Beberapa bulan kemudian...
Hari ini adalah hari di mana mereka berbahagia sekaligus sedih, karena hari ini adalah hari pelepasan kelas dua belas yang mana adalah angkatan Titania dan Alvaro.
Titania cantik memakai kebaya dan memegang piala penghargaan, entah apa yang terjadi pada gadis itu sehingga dirinya masuk ke dalam peringkat sepuluh besar di sekolahnya. Ia tertawa begitu turun pada Gio dan Rafael yang menatapnya tidak percaya.
"Buset lo cheating ya?" tanya Gio yang tidak mempercayai Titania masuk ke dalam sepuluh besar, entah apa yang membuat Titania masuk ke dalam peringkat sepuluh besar. Itu masih membuat heran orang-orang yang tahu kebiasaan Titania.
Seperti Alvaro, ia tidak menyangka jika dirinya bisa dikalahkan oleh Titania yang mendapatkan peringkat ke tiga sementara dirinya mendapatkan peringkat ke lima. Ia menghampiri Titania yang sedang mengangkat piala penghargaan dan menunjukkannya ke teman-temannya.
"Al, cewek lo nyontek kayaknya. Masa dia bisa dapat peringkat ke tiga?" kata Rafael membuat Alvaro terkekeh. Benar apa kata Rafael.
"Kamu nyontek ya?"
"Enak aja! Kamu kan tahu sistem sekolah gimana, nyontek auto banned." Titania membela dirinya karena memang ini adalah usahanya, dan usahanya tidak sia-sia. Ia bisa membuat ibunya tersenyum.
Mereka duduk di kursi yang sudah disiapkan untuk masing-masing kelas, Alvaro duduk di samping Titania. Ia masih tidak percaya masih bisa bersama gadis itu hingga sekarang, ia masih memiliki kesempatan untuk menjaga Titania.
Bunda dan Ayah Alvaro menghampiri putranya dan mengajak untuk berfoto sementara Titania takut bunda Alvaro tahu jika ia masih berhubungan dengan anaknya. Bagaimana pun, wanita paruh baya itu tidak menyukainya kan?
"Sama Titanianya, ajak."
Suara bunda Alvaro yang menyebut namanya membuat Titania tersenyum dalam hati, sementara teman-temannya sudah meledek gadis itu dengan beberapa kalimat yang membuatnya merona.
Cie diajak foto calon mertua.
Uhuy undangan ditunggu yaa
Jangan lupa undangannya.
Undangan apa? Pernikahan? Ah, Titania belum berpikir terlalu jauh. Ia digandeng Alvaro melewati teman-temannya dan sekarang mereka tiba di depan kedua orang tua cowok itu. Titania segera melepaskan gandengan tangan itu membuat bunda Alvaro tersenyum tipis.
"Ayo foto, sudah ditunggu mama kamu."
Titania menoleh ke arah tempat yang ditunjuk Bunda Alvaro, dan di sana ibunya tengah melambaikan tangan dan tersenyum ke arahnya. Ini akan menjadi hari bahagianya, diterima oleh keluarga Alvaro dan melihat mamanya bahagia itu lebih dari cukup.
"Alvaro dapat peringkat lima, payah kamu!"
Ejekan ibundanya tidak membuat Alvaro marah, melainkan hanya terkekeh kecil. Sebelumnya ia memang tidak pernah keluar dari tiga besar, dan sekarang ia mendapatkan peringkat lima? Amazing bukan?
"Tuh Titania aja bisa dapat tiga, kamu mah kebanyakan main. Bilangin aja Ta kalau dia main terus, suka nggak ingat waktu."
Titania meringis dan mengangguk. "Iya, Tan."
"Tapi Ayah salut sama kalian, meskipun kadang sibuk pacaran tapi masih masuk sepuluh besar. Nggak kayak Bunda kamu, Al. Dia pernah pacaran sampai yang dulunya dapat peringkat dua sampai jadi dua puluh empat."
"Kok Ayah tahu? Ayah stalking Bunda ya?"
"Iya."
Bunda Alvaro mencubit suaminya membuat Titania terkekeh kecil melihat hal itu.
***
Hubungan mereka kembali setelah beberapa minggu tidak akur, tentunya dengan modal nekat tanpa restu dari bunda Alvaro mereka berani berhubungan kembali.
Titania tidak kapok ditegur oleh bunda cowok itu, ia berani karena tiba-tiba Raina mendatanginya dan meminta maaf. Ia memintanya untuk membahagiakan Alvaro, meskipun ucapannya menyebalkan tetapi ia masih bisa menerima.
"Gue belum bisa bahagiain dia, jadi lebih baik lo aja yang bahagiain dia. Titip dia ya, jangan sakiti Alvaro. Gue nggak akan maafin lo kalau itu terjadi.
Ia bersama Alvaro tentu bukan karena permintaan Raina, ia menerima Alvaro karena tidak ingin egois dengan dirinya sendiri. Memaafkan tidak akan menjadi masalah jika cowok itu bersungguh-sungguh.
Ia menerima Alvaro kembali.
Sementara, alasan bunda Alvaro menerima Titania karena ia merasa Titania tidak seburuk yang ia kira. Lagi pula Titania adalah anak dari sahabatnya yang ia kenal baik, yang pastinya Titania juga pasti baik. Kebahagiaan putranya lebih penting dari egonya.
Bara yang mulai membuka hatinya pada orang yang sering ia ledek cupu, Ria. Meskipun Ria sudah tidak memakai kacamatanya lagi, Bara masih memanggilnya dengan sebutan cupu dan kalau dilihat-lihat cowok itu memang benar-benar menyukai Ria.
"Kenapa sih kamu lihatin aku terus?"
"Percaya diri banget sih? Aku lihatin yang di belakang kamu, bukan kamu," kata Titania berkilah, ia tidak ingin ketahuan menatap Alvaro. Cowok itu akan merasa sangat percaya diri jika ia menatapnya.
Alvaro mendengus. "Apa sih, gantengan juga aku kemana-mana. Catat ya, kemana-mana."
"Dih kenapa jadi bawa-bawa wajah?"
Alvaro menggeleng perlahan dan menatap Titania dengan tatapan serius. Titania yang ditatap seperti itu pun salah tingkah, tetapi balik menatapnya dan bertanya ada apa.
"Makasih ya sudah mau bertahan sama aku."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker
Teen Fiction- Karena hanya sampah yang mau menerima sampah - *** Disayangi oleh orang yang disukai bukankah hal yang menyenangkan? Lalu, bagaimana jika dibenci oleh orang yang disukai? Bahkan, sampai bunuh diri dan hampir mati saja dia tidak peduli. Bagaimana...