26. Calon Menantu

326 38 0
                                    

Setelah berputar-putar ria memilih dress, Titania sekarang tengah berada di dalam perjalanan menuju tempat acara teman dari mamanya. Hanya saja ia mengerutkan keningnya saat ia merasa tidak asing dengan jalan kompleks ini.

Taksi yang mereka tumpangi telah tiba di depan sebuah rumah dan mereka segera memasuki rumah yang sepertinya sudah ramai. Titania mengatupkan bibirnya rapat-rapat saat melihat Alvaro memakai kemeja dengan seorang gadis di sampingnya tengah berada di pintu menyambut para tamu yang datang.

Titania berjalan di samping ibunya, mereka melangkah masuk menuju rumah mewah itu. Titania meneguk susah salivanya, ia terus berpikir keras kenapa gadis itu bisa berada di samping Alvaro?!

Mereka tinggal beberapa langkah menuju keluarga Alvaro yang tengah menyambut para tamu, Titania menghela napas panjang. Jika ia tahu pesta yang ibunya datangi adalah pesta dari orang tua Alvaro, ia tidak akan ikut.

"Ma, ayo pulang."

Mamanya bingung dengan ucapannya, Titania menepuk keningnya. "Titania pengen pipis," katanya.

"Di dalam saja, nanti juga pasti ada toilet."

Titania pun menghembuskan napasnya menyadari jika tidak ada celah untuk kembali ke rumah, dengan langkah pasti ia mengikuti ibunya yang sudah bercipika-cipiki dengan ibu Alvaro. Sementara cowok itu terus menatap ke arahnya, sama seperti gadis di samping Alvaro.

"Ini siapa? Anak kamu?" tanya Mama Titania membuat bunda Alvaro tersenyum tipis.

"Ini anakku yang cowok, ini Raina temannya," kata Elena, bunda Alvaro.

Alvaro mencium punggung tangan wanita paruh baya yang mungkin akan menjadi ibu mertuanya kelak, ia memang belum pernah bertemu dengan ibu Titania dan ini kali pertamanya.

"Ini putriku, Titania. Salaman sama Tante sayang," kata Mamanya membuat Titania tersadar dan menyalami tangan bunda Alvaro dan Ayahnya sekaligus.

"Wah, Titania juga pernah ke sini kan waktu itu? Aku nggak tahu kalau dia anak kamu, Din."

"Ya sudah, Bun. Dindanya suruh masuk dong, ayo kita harus segera memulai acaranya," kata ayah Alvaro.

Alvaro menahan tangan Titania saat gadis itu hendak melangkah masuk ke dalam. "Lo nggak mau salim sama gue?"

Titania menepis tangan Alvaro lantaran dirinya grogi, ia tidak mungkin kan menyalami tangan cowok itu. Apalagi sampai mencium punggung tangannya, ah-

"Cium tangan dulu sama calon suami," kata Alvaro menggodanya.

Titania segera menyingkirkan tangan Alvaro dari tangannya, sementara gadis di samping Alvaro hanya menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.

**

"Ta, kenapa lo nggak bilang kalau mau ke sini? Gue bisa jemput lo sama mama lo," kata Alvaro membuat Titania mendengus.

"Gue juga nggak tahu kalau mau ke rumah ini, nggak nyangka juga mama itu teman Bunda lo."

Alvaro mengangguk mengerti, ia membawa Titania ke belakang rumahnya karena di sini lebih sepi dan leluasa. "Oh iya, mau makan nggak? Kalau mau kita ke dalam dulu," tawar Alvaro.

Titania menggeleng perlahan, sepertinya gadis itu memang belum lapar. Alvaro pun mengangguk-anggukkan kecil dan mengikuti pergerakan Titania yang duduk di ayunan.

"Gue mau nanya sesuatu, boleh?"

Alvaro sedikit was-was, ia takut gadis itu akan bertanya tentang Raina. Ia bingung harus menjawab apa jika itu yang akan ditanyakan Titania. "Boleh."

"Lo sama Bara saudaraan ya?"

Alvaro menghembuskan napasnya lega karena Titania tidak menanyakan tentang Raina. Cowok itu mengangguk menjawab pertanyaan Titania. "Iya, dia sepupu gue. Mamanya Bara adiknya Bunda," katanya.

Titania hanya mengangguk kecil, gadis itu sempat melihat Bara saat akan menuju ke taman ini. Ia melihat Bara berdiri di lantai dua menatap ke arahnya dan Alvaro, hanya Titania yang sadar sedangkan Alvaro tidak sadar karena cowok itu sibuk menggenggam tangannya.

"Ke dalam dulu yuk? Lo belum makan kan?" ajak Alvaro yang segera diangguki oleh Titania.

Mereka berjalan kembali ke dalam rumah, kebetulan ada Bara yang hendak pergi menuju ke taman. Alvaro memegang bahu Bara saat cowok itu berjalan melewatinya.

"Nggak ke dalam?"

Bara menoleh dan menggeleng. "Nanti aja, gue mau cari angin."

Alvaro mengangguk dan kembali meraih tangan Titania dan melanjutkan langkah mereka untuk kembali ke dalam.

Sesampainya mereka di dalam, mereka melangkah menghampiri bunda Alvaro yang sedang mengobrol dengan seseorang. Kata Alvaro itu adalah tantenya.

"Kok sama Titania? Raina mana?"

***

"Kok sama Titania? Raina mana?"

Ucapan dari Bunda Alvaro yang masuk ke dalam telinganya cukup menohok hati Titania, gadis itu sekarang hanya diam di tempatnya tanpa berani menjawab.

"Ini Titania ya?"

Titania yang bingung dengan wanita paruh baya di depannya pun mengerutkan keningnya. "Iya, Tante."

"Cantik ya, seperti ibunya."

"Iya," sahut Bunda Alvaro. "Aku pamit dari Raina dulu ya. Takut kenapa-kenapa," lanjutnya dengan nada khawatir.

Titania hanya diam saja karena ia merasa bunda Alvaro berbicara pada adiknya. "Saya Anna, mamanya Bara."

Gadis itu terkejut, jadi dia adalah mantan istri ayahnya? Titania mengangguk kecil. Alvaro pun mengajak mereka untuk menemui mama Titania yang sedang mengobrol di ruang tamu.

"Sudah lama tidak bertemu, apa kabar?" tanya Dinda -mamanya Titania- menyambut hangat kedatangan Anna.

"Alhamdulillah baik, anak kamu cantik. Jadi pengen punya anak cewek," kata Anna setelah melepaskan pelukan mereka.

Titania dan Alvaro hanya memperhatikan interaksi keduanya dengan senyum tipis. Tidak lama kemudian, Elena -Bunda Alvaro- mengajak mereka untuk makan-makan.

"Ayo semua, kita makan."

Mereka duduk di meja makan panjang yang sudah disiapkan, Elena mengadakan ini sekaligus agar dirinya bisa reuni dengan sahabat-sahabatnya. Dalam lubuk hatinya, ia tidak menyangka jika Titania- gadis yang dicintai putranya adalah putri dari salah satu sahabatnya.

"Rain, ayo bantu Tante angkat ini."

"Wah, Rain masih akrab ya sama kamu, Len."

Elena tertawa kecil. "Iya, mantu idaman ini."

Alvaro dan Bara sontak menoleh pada Titania yang diam saja menunduk, sementara ibu dari gadis itu yang menyadari perbedaan dari anaknya pun merasa ada yang tidak beres dengan hal ini.

Sementara Raina hanya tersenyum malu-malu saat Elena mengatakan dirinya adalah menantu idaman, gadis itu sama sekali tidak memikirkan ada hati yang sedikit sakit mendengarnya.

Titania pun berpikiran macam-macam, apa hubungan Raina dengan Alvaro? Jika mereka pernah berhubungan kenapa cowok itu mendekatinya?

"Nurut ya anaknya," puji Anna yang tidak menyadari sesuatu terjadi di sana.

"Iya, calon menantu harus nurut dong."

Hufft, calon menantu ya?

***

[ Double up mendekati ending ]
Yeayyy!

TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang