Genap dua pekan setelah Titania putus dengan Bara, semua orang masih tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Baik Titania maupun Bara tidak ada yang membuka suara, karena selain Bara yang memprioritaskan kekasih barunya. Titania pun malas membuka luka yang sudah berusaha ia obati, ia enggan.Hanya saja mulai dari minggu kemarin, berita tentang Titania yang katanya akan insaf menyebar luas. Titania hanya menganggapnya angin lalu, sebab dirinya tidak merasa bersalah menjadi pelakor, ia memutuskan hubungan dua orang yang sudah tidak sehat. Dan ia menjadikan dirinya tameng untuk seseorang yang meminta tolong padanya.
Ia tidak pernah menjadi pelakor.
Lebih tepatnya, ia hanya membantu orang-orang yang ingin lepas dari hubungan yang sudah tidak sehat lagi jika diteruskan. Lebih banyak cowok yang meminta bantuannya, karena selama ini tidak ada satu pun cewek yang mau dekat dengannya selain Ria. Iya, Ria si bocah cupu itu menjadi best friend forever Titania.
Sudah dua minggu ia tidak membuat ulah, dan sekarang keceriaannya kembali. Gadis itu seolah lupa pernah mempunyai mantan bernama Bara sialan itu! Gadis itu sekarang sedang berada di toilet, dan melihat satu pintu yang tertutup dengan kunci yang menggantung di sana.
Entah kenapa ide jahil timbul di kepalanya, nggak salah kan gue putar kuncinya? Batinnya tertawa jahat, tangannya memutar kunci itu dan dibiarkan menggantung. Pstt, jangan katakan pada siapa pun.
Gadis itu segera keluar dari toilet perempuan dengan biasa saja seolah tidak pernah melakukan kesalahan apa-apa, seseorang memperhatikannya dari jauh dan ternyata pintu tidak tertutup rapat sehingga orang itu mengetahui apa yang di lakukan Titania di dalam sana.
"Jahil banget sih, kalau dia nangis gimana?" ujar seseorang mengejutkannya, Titania langsung mengelus dadanya begitu tahu siapa orang yang berani-beraninya membuat gadis cantik itu terkejut.
Alvaro.
Orang yang akhir-akhir ini muncul dalam kehidupannya, cowok aneh itu kadang bersikap sangat manis dan kadang sangat ketus. Dan lebih anehnya lagi, ketika Ria mengajaknya berbicara- gadis berkacamata itu diabaikan. Sombong sekali, tetapi jika Titania yang berbicara- Alvaro dengan senang hati menyahuti.
"Gih tolongin! Biar jadi prince- nya dia, terus jadian deh. Gue do'ain deh lo berhasil pacaran sama siswi sini," kata Titania dengan enteng.
"Orang gue sukanya lo."
H-heh?
**
Alvaro
Mungkin titanium ada di nomor dua puluh lima di tabel unsur periodik, tetapi Titania ada di nomor satu di hati gue.
Titania yang sedang berada di atas balkon bersama Rafael dan Gio pun tidak segan-segan menunjukkan chat yang berisi hal-hal yang cukup menyebalkan dibaca. Rafael dan Gio tertawa terbahak-bahak, "sekarang gue percaya kalau pesona Titania nggak bisa ditolak sama siapa pun."
"Alvaro keren gitu anjir, ngapain bucin sama anak koala macam dia!" ujar Gio dengan nada jenaka, Titania hanya tertawa ringan.
"Sialan emang, tuh orang ngapain sering chat gue gitu ya. Sinting kali ya," katanya dengan mata yang masih menatap layar ponselnya. Entah apa yang terjadi sebenarnya, yang ia tahu Alvaro semakin hari semakin menjadi saja.
Oh iya, jangan lupakan kelas mereka yang selalu ramai dikunjungi orang-orang karena ingin berkenalan dengan Alvaro. Sayangnya, pria itu tidak berminat dan membuat mereka yang mengantri mundur perlahan.
"Tambah bego nih anak," kata gadis itu mengomel saat di Instagram pun Alvaro memposting sebuah sreenshoot yang berisi pesan yang baru saja di kirimkan. Panik nggak? Panik nggak? Paniklah masa engga! Jantung Titania yang heboh perihal nama kontaknya di sensor dengan stiker love.
"Kayaknya beneran suka sama lo, Ta."
Mata Titania menatap tajam Gio yang berkata seperti itu, kenapa hal itu terdengar sangat menyebalkan?! Suka? Tidak mungkin. Ia dan Alvaro baru bertemu, mustahil kan jika Alvaro jatuh cinta pada pandangan pertama?
Memangnya ada cinta pada pandangan pertama?
Titania bukan orang yang percaya akan cinta pada pandangan pertama, karena dirinya belum pernah merasakan hal itu. "Tau dah, tugas kelompok dua orang yang sebangku itu lho. Dia semua yang ngerjain, gue cuma diam aja."
"Tuh, fix ini mah! Lo harus jadian, kalau udah jadian panas-panasin tuh Bara! Biar kebakaran jenggot," kata Rafael menggebu-gebu.
"Bara nggak punya jenggot btw, gimana?"
Rafael menatap Titania tidak percaya, "lo tau peribahasa nggak sih? Meskipun dia nggak punya jenggot, tetap aja dia bakalan cemburu kalau lo punya gebetan lain."
"Orang hatinya nggak pernah buat gue, ngapain dia cemburu?" kata Titania.
Gio dan Rafael hanya bisa menghela nafasnya. "Udah realistis sekarang lo? Dulu, gue ngomong sampai berbusa lo nggak pernah dengarin tahu nggak?!"
***
"Gue sama Bara baik-baik aja kok."
Titania terus mengelak ketika dua sahabatnya mengatakan bahwa Bara tidak baik untuknya, hubungan yang tidak sehat cukup dirinya saja yang tahu. Meskipun tahu, gadis itu enggan untuk mengatakan bahwa dirinya memiliki toxic relationship.
Bersama Bara.
Bara Avriana, cowok yang tujuh tahun yang lalu ia temui dan berjanji akan bersama nantinya di sebuah taman yang tidak jauh dari rumahnya. Setelah bertemu, Bara memang memenuhi janjinya, hanya saja cowok itu memiliki sifat yang berbeda. Bara bukan Bara yang ia idam-idamkan dulu, Bara yang dulu selalu mendukung dirinya saat menghadapi masalah dengan keluarganya.
Tetapi, Bara yang sekarang tidak seperti itu. Cowok itu selalu mengatainya ini itu, cowok itu tidak pernah mengalah. Selalu egois dan bersikap semaunya, berbeda dengan dulu. Di mana ia selalu dibuat tersenyum oleh bocah tampan di kala dirinya sedang sedih.
"Bisa nggak sih lo sehari aja nggak gangguin gue?! Capek tau ga?" bentaknya saat Titania meminta agar diberi kabar, agar dirinya tidak menunggu terus menerus.
"Ya udah, kalau mau putus aja sekalian. Gue capek!"
Hal itu terus menerus membuat Titania membatin, batinnya terluka oleh cinta pertamanya. Dan hal inilah yang membuat dirinya iseng membantu seseorang yang dilanda permasalahan dengan kekasihnya, ia berpura-pura menjadi selingkuhan dan membuat hubungan mereka hancur.
Audrey dan Piyan adalah hubungan terakhir yang dihancurkannya. Ia ingin menyudahi semuanya, ia tidak ingin permainan ini menyakitinya.
I should have chosen a game that wouldn't hurt me.
-Titania
***
[ 19 April 2021 ]
Selamat menjalankan ibadah puasa...
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker
Teen Fiction- Karena hanya sampah yang mau menerima sampah - *** Disayangi oleh orang yang disukai bukankah hal yang menyenangkan? Lalu, bagaimana jika dibenci oleh orang yang disukai? Bahkan, sampai bunuh diri dan hampir mati saja dia tidak peduli. Bagaimana...