19. Hari ini, esok atau nanti

370 38 0
                                    

Titania mengerjakan kelompok dengan Ria, Gio, Rafael dan Alvaro. Tahu kan siapa yang paling mencolok di mata Titania? Tentu saja kekasih hatinya!

Titania yang bertugas untuk mengetik di laptop, sementara Ria yang berpikir materi dan apa yang akan ikut disertakan dalam makalah yang mereka buat. Sementara, para cowok hanya bertugas menghabiskan makanan dan bermain game.

Jika tidak ada Alvaro, Titania tentu saja akan marah-marah pada Gio dan Rafael. Berhubung ada kekasih hatinya, ia akan mentolerir hal itu. Biar saja mereka numpang nama, yang penting Alvaro senang.

Setengah jam berlalu, membuat Titania pegal karena duduk di depan laptop. Ia mendengus saat mendengar teriakan Gio yang menggema di rumahnya. "Yo, gantian elah!"

Alvaro yang mendengar hal itu pun menawarkan dirinya, karena memang ia sudah tidak bermain. Titania mengangguk dan berpindah duduk di sofa yang ada di belakangnya, sementara Alvaro sekarang duduk di bawah Titania.

"Gue ambil minum lagi, ya? Batu esnya udah mau abis," kata Titania membuat Alvaro menyandarkan kepalanya dan menghalangi gadis itu untuk pergi.

Ria yang melihat interaksi antara keduanya pun menghela napas panjang, siapa yang tidak dilema jika mengetahui sesuatu tapi tidak bisa mengutarakan? Ia kasihan pada Titania jika gadis itu terlanjur menaruh hati pada seseorang yang dipercayainya.

Titania berjalan tanpa menyadari seseorang mengasihani dirinya, gadis itu berjalan ke arah lemari es dan mengambil batu es dan sirup.

"Kenapa nggak panggil Bibi aja, Non?"

Titania melirik ke arah Bibinya dan tersenyum. "Cuma ambil batu es kok, Bi. Aku bisa kok," katanya membuat Bibi tersenyum.

"Itu yang paling tinggi pacarnya, Non?" tanya Bibi membuat Titania tersenyum dan mengangguk malu-malu. "Ganteng, Non. Pinter milihnya," lanjutnya.

"Ah Bibi bisa saja."

Titania berpamitan untuk kembali ke ruang tamu, setelah itu ia menaruh baru es ke dalam masing-masing gelas menggunakan sendoknya. "Tambahin sirup sama air sendiri, ya?"

"Siap, Ta."

"Thanks, Tita."

15 menit kemudian...

Gio, Rafael dan Ria berpamitan untuk pulang karena mereka sudah menyelesaikan tugas kelompok dan hanya mencetaknya saja. Mencetak adalah tugas Gio dan Rafael, Alvaro dan Titania serta Ria hanya menunggu hasilnya.

"Thanks ya, Ta."

"Jangan lupa print."

***

Ria yang sudah sampai di depan rumahnya pun dengan segera memasuki rumahnya, hanya saja rumahnya tampak ramai dengan teman-teman sepupunya.

"Raina noh, jomblo. Gas aja!"

"Ogah berurusan sama doinya."

"Kemarin doinya bawa cewek lain, tuh."

"Yaaaa! Udah pulang kamu?" sapa sepupunya membuat Ria memutar bola matanya malas dan mengangguk dari jauh, gadis itu tidak ingin bergabung lebih jauh dengan teman-temannya sepupunya yang sebagian besar adalah laki-laki.

"Sepupu lo?"

"Cantik."

"Sama gue ajalah."

"Berisik lo pada!"

Sepupunya menghampiri Ria yang sudah hendak masuk ke dalam kamarnya. "Ria!" panggilnya.

Ria mau tak mau berbalik dan bertanya kenapa cowok itu memanggilnya.

"Gimana, teman kamu masih jadian sama dia?"

Ria tahu siapa yang sepupunya maksud, beberapa saat yang lalu ia pernah bertanya tentang seseorang pada sepupunya itu dan dijawab semuanya.

"Kamu suka ya sama dia? Jangan deh, Alvaro nggak sebaik yang kamu kira."

Jawaban dari sepupunya membuat gadis yang sering memakai kacamata saat di sekolah mendengus kesal. "Aku nggak suka kok sama dia, ngapain juga aku suka sama dia."

"Kirain kamu suka sama dia."

"Mas kenal banget sama dia? Dia udah punya pacar juga, teman aku."

"Dia udah punya cewek."

"Ya udahlah, Mas. Lagian itu bukan urusan aku kok, aku masuk ya capek."

***

"Kalau suatu saat nanti kalau lo tahu gue bohong, apa yang bakal lo lakuin?"

Pertanyaan yang cukup mengejutkan Titania yang terlontar dari bibir Alvaro. "Gue nggak bakal maafin lo lah," jawabnya dengan asal.

"Kok gitu, nggak sayang ya sama gue?"

"Loh, kalau lo bohong sama gue berarti lo yang nggak sayang dong sama gue?" ujar Titania yang mulai serius.

"Dih dibawa serius, lagian gue juga nggak ada niat buat bohong sama lo. Percaya kan my princess?" ujar Alvaro yang tentu saja diangguki oleh Titania.

Titania menyuapi makanan ringan ke dalam mulut Alvaro, cowok itu menerima dengan senang hati dan mereka tertawa kecil seperti tidak ada beban.

Bersama Alvaro, Titania berubah.

Kedatangan Alvaro, mendatangkan keberuntungan untuknya. Selain kedatangan Alvaro, ia juga mendapatkan ayahnya kembali meskipun dalam suasana yang berbeda.

"Apa alasan lo pindah sekolah?"

Pertanyaan yang dari dulu ada di hati Titania,
"Kalau gue bilang karena gue pengen dekat sama lo, lo percaya?" tanyanya.

"Enggaklah, gila apa."

"Lah tapi emang gitu, Ta."

Titania yang sedang melihat ke arah layar ponselnya pun teralihkan, tatapannya mengarah ke arah Alvaro yang menatapnya serius. "Masa?" tanya Titania.

"Gue tuh sayang sama lo," kata Alvaro.

"Sampai kapan?"

Alvaro tersenyum. "Kalau bisa, selamanya."

***

"Nanti lagi deh gue main," kata Alvaro saat dirinya akan berpamitan, Titania sebenarnya menahan Alvaro agar bertemu dengan ibu dan ayahnya yang belum pulang.

Titania merengut. "Bentar lagi juga, aku sendirian tau!" katanya menahan tangan Alvaro, Alvaro tersenyum tipis melihat ekspresi Titania.

Alvaro sangat bahagia dengan gadis itu, berharap semoga hal ini berlangsung untuk hari ini, esok atau sampai nanti. Ia ingin bersama dengan gadis itu. "Gue pulang ya," pamitnya.

Alvaro seakan melupakan kenyataan saat bersama Titania, ia tidak mungkin bisa menyakitinya. Cowok sangat menyayangi Titania, bahkan ia tidak tega jika melihat gadis itu kesakitan karena sesuatu.

"Udah mau magrib, nanti bunda nungguin gue. Kamu baik-baik ya sama bibi, jangan nakal."

"Ya udah, hati-hati ya. Jangan ngebut," kata Titania akhirnya. Ia melepaskan tangan Alvaro agar kekasihnya bisa berjalan ke arah motornya. Jika ia tidak memiliki janji dengan orang lain, mungkin ia mau menghabiskan hari ini bersama Titania.

Alvaro menaiki motornya dan memakai helmnya, cowok itu tersenyum tipis di balik helm full face miliknya. "Pulang ya, Sayang."

"Hati-hati."

TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang