09. Baper

614 68 1
                                    

Burung berkicau di pagi hari tidak bisa menandakan bahwa hari itu akan cerah, karena meskipun burung-burung itu berkicau hari-hari yang Titania lalui selalu buruk. Bukankah itu jahat? Gadis itu memakan sarapannya seorang diri, karena memang terbiasa sendiri.

Meskipun sekarang sinar matahari bersinar terang walau jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi membuat Titania bergegas untuk keluar dari rumahnya, meninggalkan sarapan yang masih tersisa sedikit.

Gadis itu dikejutkan oleh kedatangan Alvaro yang sedang berdiri menyisir rambutnya di depan kaca rumahnya. Titania ingin tertawa saja melihatnya salah tingkah sekarang. "Lagi ngapain lo?" tanya Titania dengan santainya.

"Jemput lo, lah. Yuk naik," katanya.

Titania mendengus kecil, cowok itu lebih sering memaksanya meskipun ia menolak. "Gue mau naik ojol aja, gih duluan!" tolak Titania.

"Gue udah nunggu dari jam enam loh, tega lo?" kata Alvaro dengan nada serius membuat Titania mengurungkan niatnya untuk berjalan meninggalkan Alvaro. "Gue nunggu lo biar bisa berangkat bareng, kali aja kaki lo masih sakit."

Tatapan Titania beralih pada lututnya, memang benar lukanya masih cukup sakit jika untuk berjalan cepat. Alvaro memberikan salah satu helm ke arahnya dan tentu saja gadis itu menerimanya, setelah helm itu terpasang Titania sibuk mengancingkan helm agar tidak terlepas.

Duh, nyusahin banget si-

"Sini gue coba," kata Alvaro dan kancing itu sukses masuk, kenapa saat Titania yang memasukkan tidak berhasil? Entah, hanya Tuhan dan Titania yang tahu.

Titania mencoba membukanya, namun tidak bisa. Gadis itu merutuki kebodohannya, lebih baik tidak dikancingkan dari pada di sekolah akan dilepaskan oleh Alvaro. Kan malu!

"Udah, kan? Pegangan, biar nggak jatuh."

**

Sesampainya di sekolah, Titania sibuk mengurusi helmnya yang sudah dilepaskan sedangkan Alvaro sedang menata rambutnya dan berkaca. Cowok itu melirik Titania yang kesulitan melepaskan helmnya, Alvaro terkekeh melihat hal itu membuat Titania mengerucutkan bibirnya kesal.

"Bantuin!"

Alvaro mendekatkan dirinya untuk membantu Titania, tangan gadis itu dipegang membuat Titania terkejut namun Alvaro hanya terkekeh melihatnya terkejut. Benar-benar sialan!

Titania menahan napasnya dan menahan debaran jantungnya agar tidak terdengar sampai ke telinga Alvaro. Setelah kunci helm terlepas, Alvaro terkekeh kecil membuat Titania mendongak menatap Alvaro.

"Bernapas lah, ntar lo pingsan gue nggak tanggung jawab."

Titania melepaskan helm dengan kasar dan alhasil antingnya tersangkut pada helm itu. Alvaro lagi-lagi menertawakannya, cowok itu membantu melepaskan anting Titania yang tersangkut hanya saja menyebabkan anting itu sedikit berubah bentuk.

"Anting lo rusak, nggak apa-apa?"

Titania memegang antingnya dan memang benar ketika dipegang, bentuk antingnya sudah berubah. Saat gadis itu membenarkan antingnya, Alvaro berinisiatif untuk membenarkan letak rambutnya.

Ck, inisiatif yang membagongkan.

Batin Titania memberontak karena bukan hatinya saja yang bergetar, melainkan jantungnya pun ikut menggila. Mengingat tentang Alvaro, Titania sedikit tahu penyebab cowok itu dikeroyok oleh Bara.

Penyebabnya adalah dirinya.

Beuuhh, istimewa kan? Iyalah, emangnya elo! Tetapi Titania tidak bangga, karena ia pun ikut terseret kasus ini. Kesalahan lebih dilimpahkan pada Bara karena meskipun pria itu hampir mati, teman-temannya ikut mengeroyok Alvaro membuat Bara dijatuhi hukuman skorsing sedangkan Alvaro hanya surat peringatan saja.

"Thanks ya, gue ke kelas dulu."

Alvaro mengerutkan keningnya. "Kenapa nggak bareng aja? Kan kita satu kelas," kata Alvaro membuat Titania menepuk keningnya karena melupakan hal itu.

Ketahuilah, ia sering berangkat dengan cowok yang berbeda kelas dengannya membuatnya lupa. Titania berjalan bersama Alvaro, seperti biasanya mereka berjalan beriringan dan orang-orang menatapnya seperti tokoh antagonis sedangkan Alvaro adalah protagonis.

"A J G emang."

Alvaro mendengar Titania berisik sesuatu pun bertanya, "Ta? Lo ngomong sesuatu?" katanya yang dijawab gelengan ringan oleh Titania.

"Gue nggak ngomong apa-apa, rusak kali kuping lo," kata Titania dengan nada bercanda membuat Alvaro menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.

***

"Dah jadian aja kalian berdua, gue dukung!"

Teriakan Rafael membuat sorak sorai di kelas itu, Titania hanya diam saja saat Rafael mengatakan hal itu tentu saja menyembunyikan rona merah yang ada di pipinya.

"Do'ain aja."

Woahhh

Beneran ini mah!

Makan makan skuy.

Titania itu semakin menenggelamkan wajahnya karena ia tidak bisa menyembunyikan senyumannya yang entah kenapa tiba-tiba mengembang, seorang Titania Alexandra bisa terbawa perasaan seperti ini?

Huh, sepertinya ia harus segera pergi dari tempat lucknut ini!

Alvaro menyenggol lengan Titania, gadis itu masih menunduk menyembunyikan wajahnya. Gadis itu refleks mendongak dan Gio paling berteriak kencang.

"Merah banget anjir!"

"Wah Tita baper nih."

"Yok bisa yok!"

Titania menghembuskan napasnya mencoba menetralkan degup jantungnya, namun ia tidak bisa mengendalikan wajah merahnya. Alvaro hanya tersenyum tipis melihatnya, cowok itu menatap Titania.

"Jangan dipikirin."

Kenapa ia mendadak famous di kelas? Dan sejak kapan mereka berdamai dengannya dan ikut meledeknya seperti Gio dan Rafael, sejak kapan?!

Saat mereka sudah selesai meledek pasangan itu, Alvaro memberikan sebuah permen dan Titania yang kebetulan sedang tidak memiliki pekerjaan apa-apa pun mengambilnya. Dibolak-balik permen itu dan Titania melihat tulisan serta segera ia baca dalam hati.

Aku sayang kamu.

"Beuuhh, gini doang masa gue baper?"

"Tapi Alvaro keren anjir," batinnya.

***

[ 29 April 2021 ]

TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang