*3

6.4K 571 28
                                    

Happy reading, jangan lupa vote dan komen hyung

Baca sampe bawah ya hyung ;)

"Teh nya ma" Jimin meletakkan segelas teh yang masih mengepul dihadapan wanita yang melahirkannya tepat 18 tahun yang lalu, tengah menghisap rokok dengan ponsel ditangannya.

Jimin menghela nafas lalu berjalan kearah tangga berniat ingin melanjutkan tugasnya yang masih belum selesai semua.

"Hei, ini uang mingguan kamu"

Jimin menghentikan langkahnya lalu menoleh, mengepalkan tangan saat melihat mamanya melemparkan berlembar lembar uang berwarna merah kelantai lalu memungutnya dan kembali menaiki tangga.

Brak!

"Huuuuh" Jimin menghela nafas lalu duduk dimeja belajarnya, mulai membuka buku pelajaran dan mempelajarinya kembali, Lalu membereskan mejanya saat telah selesai.

Jimin memilih untuk tidur walaupun jam masih menunjukan jam 10 malam, dia tak suka bermain ponsel atau pun menonton, buku novelnya pun tak lagi menarik malam ini.

Dia sangat lelah seharian ini, apalagi yoongi sibrandalan yang terus mengganggunya, Jimin sedikit menyesal telah mempermalukannya tadi pagi, seandainya dia hanya diam seperti biasa mungkin hari harinya akan cepat berlalu.

Namun jimin juga puas. Dari dulu dia hanya bisa diam melihat tingkah yoongi yang sangat arogan, bertingkah semaunya, membully adik kelas, bertengkar dengan kakak kelas ataupun sekolah sebelah, melawan guru hingga akhirnya guru itu yang dipecat, jimin geram dan muak.

Dia benci orang yang selalu menindas orang lain. Dan rasanya penyesalannya menguap begitu saja, biar yoongi mengganggunya. Toh hanya setahun lagi setelah itu dia dan yoongi tak akan bertemu seperti awal.

"Aku nggak pulang malam ini"

Jimin yang sedang mengikat tali sepatunya hanya diam dan mendengarkan, lalu bangkit dan menoleh kebelakang tepat dimana mamanya sedang duduk dengan semangkuk bubur

"Mama mau kemana?"

"Kerja"

"Tapi kenapa nggak pulang lagi? Jimin kesepian kalo mama nggak dirumah"

Mama Jimin hanya menghela nafas "aku dirumah pun nggak ada gunanya, aku keluar untuk bekerja dan kamu fokus pada sekolah mu"

"Apa mama akan ke club lagi malam ini?"

"Iya, karna disitu aku menghasilkan uang"

Jimin mengatupkan mulutnya rapat lalu keluar dari rumah, hatinya sakit bila harus berbicara terus menerus dengan mamanya, Jimin memilih berjalan sampai halte bus dipersimpangan jalan, menaiki bus lalu duduk dikursi belakang dan merenung.

Seumur hidup dia tak pernah merasa disayangi oleh keluarga, mamanya sangat dingin padanya selalu bekerja sampai kadang tak pulang 3 atau 4 hari, jimin benci dengan pekerjaan mamanya, jimin malu mengakui kalau wanita itu adalah mamanya

Namun Jimin tak bisa berbuat apa apa, dia belum bekerja dan tak tau akan mencari uang dari mana. Dengan begitu dia harus terus bersama mamanya sampai lulus, dan akan melanjutkan sekolahnya di kota lain sendirian.

Jimin pun tak tau siapa ayahnya, karna yang dia tau sejak lahir dia hanya tinggal berdua tanpa orang lain disekitarnya.

Setelah busnya berhenti Jimin segera turun dan berjalan untuk sampai kesekolahnya, baru saja 5 langkah ada sebuah motor yang menyenggol bahunya hingga dia terjatuh dengan tangan yang menggesek aspal.

"Awhh sakit" ringis Jimin dan menatap telapak tangannya yang berdarah, juga celana bagian lututnya robek hingga lututnya berdarah.

"Hai bitch!" Yoongi pelaku utama itu langsung menggas motornya dan meninggalkan jimin yang masih terduduk diaspal

[End]Brandalan SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang