*18

4.9K 482 43
                                    

Vote and komen

Happy reading!

Jimin yang tengah belajar dikamarnya berhenti seketika saat mendengar suara langkah kaki yang menaiki tangga.

"Mama udah pulang kali ya"

Dengan tergesa jimin membereskan buku bukunya lalu berlari keluar kamarnya

"Ma"

Zena yang baru saja akan masuk kamar menoleh dan menatap jimin yang berdiri tak jauh darinya

"Ma, boleh jimin bicara bentar?"

"Tunggu dibawah, aku akan ganti baju dulu"

Jimin mengangguk lalu berjalan menuruni tangga dan duduk disofa depan tv. Meremas jari jari tangannya karna merasa gugup dan takut mengahadapi mamanya setelah berani mengatakan hal buruk seperti itu pada mamanya sendiri.

Tak lama kemudian tampak zena keluar dari kamarnya lalu menuruni tangga dan duduk disofa single tak jauh dari jimin

"Kapan kamu pulang?"

"Tadi ma"

"Sudah makan?"

Jimin mengangguk lalu menelan ludahnya "jimin minta maaf ma"

Zena menghela nafasnya lelah "aku nggak nyangka kamu bisa ngomong kayak gitu"

"Maaf ma"

Zena mengangguk lalu menatap jimin yang menunduk "nggak papa. Aku sadar ini memang salah ku. Tapi satu hal yang harus kamu tau jim, dulu sewaktu aku mengandung kamu, aku memiliki dua pilihan untuk hidupku. Menggugurkan kandungan ku dan kembali hidup damai seperti dulu atau tetap mempertahankan mu tapi harus keluar dari rumah. Aku memilih mempertahankan mu karna aku masih punya hati. Karna aku berfikir untuk apa aku bertahan dirumah ku sendiri sedangkan pandangan orang orang terhadapku memang sudah buruk. Aku berfikir setidaknya akan ada satu manusia dibumi yang nggak akan memandang aku rendah, yaitu anak ku sendiri"

Jimin menunduk menyembunyikan air matanya, tangannya terus saling meremas menghilangkan rasa penyesalannya dalam hatinya

"Tapi aku tak menyalahkan mu, apapun itu semua memang kesalahanku yang memperlihatkan semuanya padamu"

"Maaf.. ma.. hiks"

"Sudah jangan menangis, maaf aku nggak bisa melakukan apa yang kamu mau, aku nggak bisa ninggalin pekerjaan ku saat ini karna itulah satu satunya cara aku mendapatkan uang untuk menghidupi mu dan menyekolahkan mu, setidaknya kamu bisa menjadi orang besar suatu saat nanti"

Zena tersenyum tipis saat jimin terus menunduk dengan badan bergetar, zena berdiri lalu melangkah mendekati jimin. Mengelus lembut rambut anak satu satunya penuh kasih sayang.

Jangan tanya bagaimana jimin saat ini, tangisnya semakin meledak saat merasa usapan lembut pada kepalanya. Tangan yang selalu menolak sentuhannya kini tengah mengelus rambutnya dengan lembut.

"Maaf hiks jimin minta maaf ma. Jimin minta maaf hiks hiks"

"Udah nggak papa. Lanjutkan belajar mu dikamar, lupakan masalah ini ya"

Jimin mengangguk lalu membiarkan zena beranjak menjauhinya lalu keluar dari rumah. Jimin terus menangis melampiaskan emosinya, dia marah, marah pada dirinya yang  bisa mengucapkan hal buruk itu, jimin menyesal, sungguh.

Jimin bangkit lalu berjalan kearah kamar mandi untuk mencuci wajahnya.

Drttt drttt

Jimin melap tangannya lalu mengambil ponselnya dalam saku celananya

"Siapa nih?"

Jimin pun menggesek icon hijau lalu menempelkan benda pipih itu ditelinganya

[End]Brandalan SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang