23. Rindu

271 101 187
                                    

Pantun edisi melohoy liat visual Jaemin.

"Batang pisang namanya pelepah
kering jatuh ke tanah jadi sampah
liat Jaemin ganteng parah
mental yuppy jantung lemah."

Celidot!!
_________________________________________

Celidot!!_________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ulasan part sebelumnya ....

Ia berpikir jika menjadi pecinta wanita bisa mengisi kekosongan hati, nyatanya sama saja ia tetap berkawan sunyi.

▪︎------->¤♡¤<-------▪︎

Ditempat lain tepatnya kamar pribadi milik Neun. Kini malam berselubung udara dingin telah memasuki celah-celah dinding kamar itu, gadis mungil yang tengah terbaring di ranjang hanya mendesis kedinginan dan mengeratkan selimut yang sedari tadi setia mendekap tubuh kecilnya dari hawa dingin malam.

Tak lama setelahnya hujan pun menyerbu, sungguh Neun tak ingin perasaan aneh menjalari pikirannya. ia pun hanya mendengus dan bermonolog sebelum akhirnya tertidur.

"Sudahlah, aku tak ingin melankolis malam ini, selamat malam hujan. Temani siapa pun malam ini yang sedang sendiri dan bersedih. Menangislah bersamanya, aku sedang tak ingin melow drama."

Keesokan harinya di rumah Neun, gadis cantik nan mungil itu telah bersiap untuk berangkat ke sekolah.
Ia masih ingat dengan benar akan rencana nonton film bersama Jaemin, juga tak lupa ini adalah hari Sabtu, dan tentu saja sajak Senjata yang setiap Minggu ia nanti-nanti, akan terpajang di mading sekolah.

Sungguh, hari yang sangat sempurna bagi Neun. Pergi dengan lelaki idaman dan membaca ukiran sajak favoritnya. Entahlah, Neun pun tak mengerti sejak kapan ia tertarik dengan sajak Senjata dan juga mulai menyukai senja, tanpa ia sadari. Ia tak terlalu perduli akan penciptanya dan tetap menyukai sajak Senjata, meskipun penciptanya adalah manusia paling menyebalkan bernama Lee Haechan.

Flashback on

Malam harinya ....
Diruangan rumah sakit yang sunyi, Lee Taeyong yang terduduk di bangsalnya mulai merasa bosan, kemudian keluar kamar berniat untuk mencari udara. Namun, karena seharian hanya berbaring membuat kepalanya makin pusing dan berkunang-kunang saat ia mulai berdiri.

Taeyong yang berjalan tertatih berpegangan pada dinding-dinding rumah sakit yang dingin dan tak kalah menyeramkan dengan dinding rumahnya yang dingin tanpa ada kehangatan keluarga atau sekadar candaan hangat khas keluarga pada umumnya.

Taeyong mulai tersenyum miris memandang pelataran rumah sakit. Taeyong tau ia terlalu malu jika harus menangisi kesepiannya semacam itu. Ia pun mengakhiri jalan-jalan malamnya dan duduk di sebuah bangku dekat tempat administrasi.

The Rain Admirer, Connoisseurs. | TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang