[Menuntut untuk tamat]
Ini kisahku dengan senja yang berjanji akan selalu ada. Juga hujan yang mencoba membaur dengan senja, namun kepekatan awan hitam melahap sang surya hingga senja pun lenyap dari pandangan.
❝Jika hadirmu telah menjadi candu, mak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ulasan part lalu ....
Namun, sekarang ia akan berusaha sekeras mungkin menepis dan menyangkal perasaannya lagi.
-------▪︎♡▪︎-------
Neun yang berusaha berlari mengejar Na jaemin, terlihat mulai kelelahan dan berjongkok menumpu kedua lututnya sambil menormalkan napas yang terengah-engah.
"Gila Jaemin makek jurus apa sie, larinya?" Neun berucap sambil menyeka keringat di dahinya.
"Seribu bayangan," sahut lelaki bernama Na jaemin.
"Demi Neptunus!!" sentak Neun kaget, lalu segera memutar tubuhnya ke arah belakang.
"Loh, kok kamu di belakang sih?" tanya Neun penasaran.
"Iya harusnya aku yang nanya, kenapa kamu lari-larian? Kek di kejar debt collector aja," terang Jaemin.
"Bukannya tadi kamu udah jalan pulang ya?" jelas Neun.
"Iya aku masuk lagi, ada yang lupa belum aku beli," sambung Jaemin.
"Oh ... begitu rupanya." Neun mengangguk paham.
"Ini minum, kamu pasti lelah berlarian seperti itu." Jaemin menatap Neun, sambil menyodorkan sekotak susu stroberi.
"Owh ... Jaemin makasih, kok tau sih aku suka susu stroberi." Neun meraih sekotak susu stroberi pemberian Na Jaemin.
"Kebetulan barangkali, ini beli satu gratis satu, tapi aku tidak suka rasa strowbery, makanya aku kasih ke kamu." Jaemin kembali berucap sambil menurunkan bahunya.
"Ah sialan, cuman tong sampah 'dibuang sayang' gue kira dia seperhatian itu ke gue," batin Neun.
"Neun, ngelamunin apa? Orang diajak ngobrol kok bengong," sambung Jaemin.
"Ah ... nggak kok Jaem, gak lagi ngelamunin apa-apa, by the way kok manggilnya aku kamu lagi sih?" tanya Neun heran.
