[Menuntut untuk tamat]
Ini kisahku dengan senja yang berjanji akan selalu ada. Juga hujan yang mencoba membaur dengan senja, namun kepekatan awan hitam melahap sang surya hingga senja pun lenyap dari pandangan.
❝Jika hadirmu telah menjadi candu, mak...
Jadi sebelum kalian baca chapter ini cuman mo bilang please baca dengan seksama dalami karakternya dan Tinggalkan banyak komentar yang membangun entah kritik saran atau apapun. Aku ga terlalu mentinginvote jadi kalian baca aja aku dah seneng banget. masalah reader suka ceritanya atau nggk itu bonus. Aku harap kalian bisa enjoy pas baca cerita aku dan senang bisa berbagi cerita sama kalian. ________________________________________
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tiba-tiba, seseorang datang dan mencondongkan wajahnya ke bahuku.
"Heh ... lo suka baca beginian?" serunya berlagak seakan kita dekat. Dia Lee Taeyong.
"Dih ... terus apa urusannya sama lo!"
"Ya ampun galak amat sih ... Mbak lumpur."
"Eh lo ya ... ngapain manggil gue gitu ha!"
"Iya, kan gue ketemu elu pas jatuh ke dalem lumpur."
"Gue punya nama ya."
"Dah tau."
"YA TERUS!" sungutku kesal.
"Lo ga mau tau siapa senjata ini?"
"Emang lo tahu siapa dia?"
"Iya tahulah. Dia kan temen gue."
"Emang siapa dia? Gue mo ada perundingan sama dia."
"Jia ... illah pakek perundingan segala loe kira mo perang apa? Udah jelas kalik dengan ngeliat isi puisinya."
"Gausah muter-muter deh ngomongnya, To the point aja."
"Gue ga muter ... lo liatkan gue diem aja dari tadi."
"Tau ah bodo ... keburu naik jabatan gue ngomong sama lo."