•15• RANGGA-Sya

284 21 0
                                    

"Coba saja sesuatu yang kau suka, mungkin itu. Akan membuat mu lupa tentang kendala dunia walau hanya seketika"
-Agatha Januari-

•••

Hai semua back with This chapter ✨
Makasih buat yang masih baca sampai disini, I'm very grateful 😭🙌

Jangan lupa follow n vote yaah✨
Jangan lupa komen jgaa 🌝
I hope u like it
Jangan lupa putar playlist diatas yops

Happy reading ❤️

"Mey!!" Suara bariton itu terdengar dari mulut Bastian, keempat laki-laki itu menjuru gedung kosong bersama-sama.

"Illona!!"

"Selin!"

"Laura!"

Suara mereka sahut-menyahut di setiap sudut ruangan, wajah yang sedikit menekuk menandakan mereka cemas, bagaimana tidak gadis yang mereka sayangi belum menampakkan diri sekarang.

Selang beberapa menit para remaja tampan itu menginjakkan kaki di depan pintu yang terkunci erat. Gembok yang mengapit pintu membuat mereka sedikit curiga. Perihal beberapa ruangan lainnya hanya tertutup biasa tanpa pengaman.

Adam melangkahkan kakinya melihat gembok yang sedikit berkarat itu, kemudian menatap sekitar, tak ada benda sama sekali. Ia mundur lalu mencari hal yang berguna sama seperti yang lainnya.

Pelipis mereka sudah berair , atmosfer pabrik tua ini panas terlebih lagi abu yang membuat pandangan mereka sedikit risih. Kemeja sekolah mereka juga sudah basah bercampur dengan keringat.

"Woi" sahut Adam seraya memandang temannya

"Apa?"

Bastian, Herry dan Riygen menoleh mengikuti arah pandang Adam. Terlihat dibagian sana ada sebuah jendela dengan kaca yang sudah pecah bahkan beberapa beling yang masih tertinggal memiliki bercak darah pada ujungnya. Semua orang berlari, dan masuk tanpa aba-aba.

"Darah anjir!" Ketus Bastian seraya jongkok dan mencolek tetesan darah dibawah jendela.

"Ada yang gak beres! Ahk!" Sarkas Herry mengacak rambutnya. Sedangkan Adam dan Riygen terkejut melihat pemandangan didepan mereka.

"Darah lagi woy!!" Tukas Riygen seraya menepuk-nepuk pundak Bastian. Spontan menoleh, Bastian berdiri membeku. Herry mengikuti pandangan mereka, benar-benar diluar dugaan darah itu mewarnai lantai dari balik lemari.

Semua orang berlari menuju balik lemari yang sedikit kumuh itu. Selang beberapa detik lemari itu tergeser. Semua orang tersentak kaget saat tidak ada siapa-siapa disana, hanya ada dasi sekolah SMA Ganaspathi dan pintu yang sudah terbuka lebar menuju luar pabrik.

"Dasi sekolah kita anjing!" Tukas Bastian seraya mengambil benda yang sudah berlumuran darah itu.

"Ahks!!!" Riygen mengusap kasar wajahnya, raut wajah mereka terlihat memerah sekarang. Sontak semua laki-laki itu mengikuti Adam yang keluar dari pintu.

Bercak darah itu meninggalkan jejak mengarah menuju pintu depan pabrik dari luar. Saat sudah sampai kembali dari belakang Herry mengajak semua anggota Stafford untuk keluar dan berpencar mencari para gadis yang hilang kabar itu.

Bercak darah itu berhenti saat sudah menyentuh jalan raya, bisa ditebak mereka pergi menggunakan sesuatu.

"Bang! Bang Rangga dimana?" Tanya Agel seraya berjalan mendekati mereka.

Rangga-Sya [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang