"Hanya terbiasa bukan berarti menerima"
-Agatha Januari-•••
Hai semua back with This chapter ✨
Jangan lupa follow n vote ✨
Jangan lupa komen jgaa 🌝🌚Happy reading ❤️
•
•
Beberapa jam kemudian upacara itu selesai. Ocehan ralat amanat dari kepala sekolah itu cukup untuk membuat darting seluruh muridnya. Saat kembali ke dalam kelas, semua siswa terpaku melihat bangku pojok sebagai tempat tertidurnya gadis cantik.
Selin dan Illona duduk di depan Tasya, tepatnya di bangku mereka. Kemudian Mey duduk di samping Laura yang merupakan kawan sebangku Tasya. Ya pojok XII sains 1 itu dipenuhi primadona.
Mereka tidak heran dengan pemandangan ini, karena tadi Rangga juga sudah memberi tahu. Kemudian disusul barisan laki-laki yang datang dari ambang pintu. Adam, Herry, Riygen dan Bastian kembali menuju pojok sebrang. Sedangkan Rangga ia mendatangi bangku Tasya. Memapah gadis itu lalu membawanya keluar kelas.
"Gue bawa ke UKS" ujar Rangga datar
Kemudian keempat sahabat Tasya mengangguk mantap dengan senyum jahil mereka. Rangga kemudian menarik tangan kanan gadis itu dan merangkulkannya pada leher jenjang miliknya.
Ketika gadis itu merasa ada pergerakan, sontak ia membuka kelopak matanya perlahan. Kesadarannya belum sepenuhnya terkumpul namun ia bisa melihat jelas Rangga di sampingnya.
"Ga...mau kemana?" Tanyanya dengan suara khas orang bangun tidur. Suara Tasya itu benar-benar menggoda di telinga Rangga. Pria itu tidak merespon, jantungnya sedang dipacu sekarang seraya menahan Tasya yang belum sadar sepenuhnya. Tangan kekar Rangga ia bentangkan di pinggang Tasya, merangkul posesif gadis itu.
Sesampainya di UKS, Rangga menidurkan Tasya kembali di atas brankar. Tasya masih dengan wajah yang kantuk tidak membutuhkan waktu yang lama gadis itu mencari posisi nyaman untuk tidur. Rangga membawanya kesini hanya karena, tidak ingin Tasya terganggu saat istirahat.
Ia mengusap lembut kepala Tasya, entah mengapa hal tersebut sangat ampuh untuk sang gadis. Kemudian setelah terlelap, pria itu beranjak pergi dan menarik selimut sejajar dengan dada Tasya. Pintu UKS ia tutup perlahan dan kembali menuju kelasnya.
•••
Kali ini adalah mata pelajaran Pak Budy, wali kelas mereka. Mata pelajaran yang ia bawakan menjadi salah satu pelajaran favorit untuk siswanya. Matematika, kelas unggulan SMA Ganaspathi ini benar-benar diisi orang yang pintar. Bahkan anggota inti Stafford yang sering berbuat onar, namun untuk bidang akademik mereka tidak begitu buruk bahkan tidak jarang mereka keluar masuk sepuluh besar.
Sedangkan keempat gadis cantik itu memegang kuat empat besar selama tiga tahun sekolah disini.
Jam pelajaran Pak Budy tidak terasa sudah habis, 2 jam sudah berlalu, kali ini monitoring sekolah itu berbunyi. Mereka berdelapan langsung menuju kantin dan duduk di tahtah kantin, ruangan elite yang hanya diisi anak yang bermartabat tinggi, mereka tidak lain adalah Mey, Illona, Laura, Selin, Riygen, Bastian, Adam, dan Herry dan anggota Stafford lainnya yang duduk di SMA Ganaspathi . Sedangkan Rangga pergi menuju UKS terlebih dahulu.
•••
Pintu UKS masih tertutup rapat, karena Rangga mengunci pintu saat meninggalkan Tasya. Ia tidak peduli dengan siswa yang lain toh sekolah ini juga memiliki UKS di setiap sudutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rangga-Sya [On Going]
Storie d'amore"Lo ga kenapa-kenapa kan?" Rangga Ajaksen Pratama, pria yang terkenal sempurna secara fisik. Pria tampan yang merupakan leader Stafford, geng motor terpandang di Jakarta bahkan untuk seluruh Indonesia. Kehidupannya yang dikenal nyaman bak raja kini...