Pembaca baru tolong vote-nya!!
Cantik rupa saja akan jatuh ke tanah. Sedangkan cantik ahklak akan jatuh ke Jannah.
°°°
Cermin besar di depan-nya sudah menjadi saksi perubahan dalam dirinya. Perlahan kapas di tangannya, ia sapukan ke wajah, menghapus topeng yang selalu membalut wajah naturalnya. Ini bukan mau-nya tapi sebuah keterpaksaan.
Air mata menetes. "Aku mau kembali, aku mau meluk kamu, dan aku mau bilang sama kamu. Hey ini aku, masih inget? Tapi tidak mungkin. Bahkan namaku saja sudah tidak ada jejak."
Make up yang sangat tebal itu, kini mengikis menyisakan wajahnya yang sangat terlihat cantik sama seperti dulu. Wajah yang dulu mungkin tidak secantik sekarang, tapi memberikan hal-hal luar biasa dalam hidupnya. Kesederhanaan adalah kenyamanan untuknya.
"Huft... Mengapa aku terus menangis? Sudah bertahun-tahun aku hidup dalam kebohongan, ini seperti penjara mematikan untukku. Tapi jika aku kembali dengan modal nekat, kamu pun sudah tidak mencintaiku lagi. Haha, menyakitkan."
Cewek itu berdiri dari duduknya, meninggalkan cermin itu. Ia merebahkan tubuhnya ke kasur. Menatap langit-langit kamar, entah gerakan tangannya sedang melukis apa.
Tatapnnya sayu. "Dulu tujuanku bertahan adalah untuk bersamamu. Ending yang sangat bahagia bukan? Tapi sekarang apa itu mungkin? Ah, lalu apa alasan aku bertahan sekarang? Mencintaimu itu menyakitkan, tapi jadi rasa sakit favoriteku." Berhenti sebentar, cewek itu tertawa hambar.
"Tahun saja tidak mampu melunturkan rasa cinta ini, lalu bagaimana detik, menit, jam bisa? Tentu mustahil. Pernah membaca bahwa tahap tertinggi mencintai adalah mengikhlaskan, ya aku tau itu. hanya saja aku tidak akan pernah mampu, maaf egois."
Di menit itu, semua rasa melebur menjadi satu. Cewek itu menangis, kadang juga tertawa menyadari kebodohannya. Justru cinta yang menawarkan rasa sakit adalah cinta yang sesungguhnya, sebab cinta yang menawarkan kebahagian adalah kebohongan terencana.
KAMU SEDANG MEMBACA
After possesive Psikopat [BELUM REVISI]
Teen Fiction(GAK FOLLOW DULU SEBELUM BACA SIAP-SIAP GUE SANTET ONLINE) Note : untuk di baca bukan untuk di tulis ulang! Berani plagiat, hukum karma siap memantimu. DEJAVU! itu lah kata yang pas untuk menarik garis besar cerita ini. Eitss... Bukan Dejavu yang be...