VOTE DULU SEBELUM BACA!!!
FOLLOW WP INI iniaina1303
FOLLOW INSTAGRAM @INAGEMOY
Jika semua yang hancur bisa kembali rampung itu berarti takdir. Tapi jika dari hancur menjadi lebur maka itu hadir. Jadi, Sebagus apapun kamu pernah hadir, akan kalah sama seseorang yang menjadi takdirnya.
🥀🥀🥀
Netta berdecih. "Mau-maunya Lo di peluk dia, murahan juga paling udah di sentuh banyak cowok. Sok polos dan oon aja, biar pada perca--"
PLAK!
Satu tamparan mendarat di pipi mulus Netta sangat keras, Ken tidak memikirkan bahwa yang di hadapannya adalah cewek, cowok itu mengeluarkan semua tenaga cowoknya.
"Jaga ucapan Lo bitch! Lo jauh lebih murahan dari dia! Sekali lagi Lo berani ngomong gitu, bukan lagi pipi Lo yang gue tampar, tapi nyawa Lo gue hilangin. Jadi, jangan pikir gue bercanda." Ancam ken menajamkan matanya menatap Netta tidak suka.
Perih? Netta mengusap pipinya yang sepertinya memerah. "Silahkan gue gak takut sama ancaman Lo itu. Lo mau apa? Bunuh gue? Atau apa nih? Gue tunggu tanggal mainnya."
Setelah mengatakan hal seberani itu, Netta melangkahkan kakinya keluar kamar Rerra. Bertepan saat tubuhnya sudah berpaling tidak lagi menghadap Ken, cewek itu meneteskan air matanya. Hari ini, tangan yang dulu membelainya sudah berubah menjadi tamparan keras. Ah, rumit tapi netta tidak ingin mundur sekarang.
Netta tunggu Ken, Netta usahain buat gak pernah capek nunggu Ken kembali. Jangan jatuh cinta sama Rerra dulu, setidaknya untuk saat ini, karena netta gak siap patah hati terlalu cepat.
Kepergian Netta, menyisakan Ken dan Rerra saja. Kenapa mendadak sesak sekali dada Ken, ia Merasakan perih yang entah sejak kapan kambuh dan kepala yang berdenyut hebat. Rerra yang melihat itu, buru-buru kembali mengajak Ken duduk di tepi kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
After possesive Psikopat [BELUM REVISI]
Roman pour Adolescents(GAK FOLLOW DULU SEBELUM BACA SIAP-SIAP GUE SANTET ONLINE) Note : untuk di baca bukan untuk di tulis ulang! Berani plagiat, hukum karma siap memantimu. DEJAVU! itu lah kata yang pas untuk menarik garis besar cerita ini. Eitss... Bukan Dejavu yang be...