Pembaca baru tolong vote-nya!
Pahitmu hari ini adalah tertawamu besok! Sabar ya, bahagiamu sedang di bentuk.
°°°
"Akhirnya!" Ucap Geo lega setelah pantatnya kini sudah terduduk di sofa ruang tamu miliknya.
Rerra ikut duduk. "Nah sekarang kan udah pulang ya, jangan lupa obat di minum sama tiap pagi dan malam tetesin obat matanya ya, biar mata eyo kembali enak."
Desir jantung Geo benar-benar tidak bisa di bilang normal, entah kenapa berdekatan dengan Rerra membuat Geo bisa sebahagia ini, jika hanya berstatus sahabat bisa sebahagia ini, bagaimana jika hubungan mereka lebih dari itu? Mungkinkah bisa?
"Pasti dong, nanti kalau mata aku sakit terus, akunya gak bisa liat bidadari dong?huhu!"
Rerra terkekeh. "Siapa? Eyo udah punya pacar kah? Wah!" Geo terdiam, ketika Rerra menatapnya intens.
"Yo, Rerra gak tau ya! Aku seneng eyo punya pacar, tapi salah gak sih kalau aku juga cemburu? Aku takut kalau eyo punya pacar bakal sibuk, bakal lupain Rerra. Entah Rerra udah terbiasa sama eyo, ditambah kalau pacar eyo nyuruh jauhin Rerra gimana? Huaaa gak mau!"
Wajar bukan? Ketika seseorang memperlakukan kita sangat istimewa maka ketakutan dia akan pergi atau sekedar berubah akan menimbulkan kecemasan. Termasuk yang di rasakan Rerra, dia takut saat Geo mempunyai pacar, maka mungkin saja Geo lupa padanya. Sungguh sangat menakutkan.
Bingung, antara Mellow dan ngakak. Geo mengacak rambut Rerra gemas. "Terbesit sedikit pun enggak di kepala gue. Gue cari seseorang yang bisa nerima Lo di hidup gue bukan untuk mengganti posisi lo."
"Iya saat ini mungkin begitu, tapi cinta sanggup membuat ketidak mungkinan menjadi sebuah kenyataan."
"Gini deh, gue mencintai orang yang bisa mencintai apa yang gue cintai. Dia gak bisa nerima Lo di hidup gue, berarti bukan dia yang gue cari."
KAMU SEDANG MEMBACA
After possesive Psikopat [BELUM REVISI]
Teen Fiction(GAK FOLLOW DULU SEBELUM BACA SIAP-SIAP GUE SANTET ONLINE) Note : untuk di baca bukan untuk di tulis ulang! Berani plagiat, hukum karma siap memantimu. DEJAVU! itu lah kata yang pas untuk menarik garis besar cerita ini. Eitss... Bukan Dejavu yang be...