NO DARK READERS! YANG GAK BISA HARGAIN PENULIS! NYUMBANG VOTE SAMA KOMEN DOANG GAK BISA😏
°°°
Aku mencintaimu bukan karena siapa kamu, tapi karena siapa aku saat bersamamu.°°°
Cukup melelahkan,di pagi hari lebih spesifik-nya di jam 8 pagi, ia sudah di haruskan nyuci dan jemur pakaian sendiri, bukan tidak ada pembantu, tapi papa-nya lah yang meminta itu agar anak ceweknya bisa mandiri.
Fyuh! Rerra menyeka keringet si sekitar dahi-nya. "Capek banget!" Misuh Rerra, mendudukan dirinya sebentar.
"Cucian cuman sedikit itu pun baju aku sendiri, kok aku jadi mikir! Gimana ya capeknya jadi asisten rumah tangga, ngerjain semua pekerjaan rumah dan pas pulang juga ngurusin keluarga, wah pasti capek banget. Bukan hanya harus nurut sama majikan tapi juga harus sabar, huft jadi takut..."
Pikiran Rerra sudah berkelana kemana-mana, ia jadi memikirkan nasib hidupnya kelak jika terus bermalas-malasan, apakah hidupnya akan semenderita apa yang orang katakan, bahwa orang goblok sepertinya akan mempunyai masa depan suram.
"Resiko jadi bawahan akan selalu nunduk, aku gak mau! Ayo Re, sebodoh apapun aku, harus punya tekad kuat kalau aku gak bakal jadi bawahan siapapun, aku mau jadi atasan!" Ucap Rerra yakin sambil menggangkat tangannya yang terkepal kuat.
"Eh gak deng! Aku tunggu males di tubuh aku jinak dulu, hoho! Ya kalau lagi gak males kerjain, tapi kalau lagi males ya gak tau sampai kapan, selamanya gak bakal di kerjain, hihihi" Cengir Rerra tertawa sendiri.
Sudah biasa seperti itu, awalnya saja mikir keras, menyesal kemudian di ulang! Terus berputar yang akhirnya menjadi penyakit 'malas berkepanjangan'.
"Non..."
Panggil seseorang membuat Rerra memberhentikan tawanya, menoleh ke arah sumber suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
After possesive Psikopat [BELUM REVISI]
Teen Fiction(GAK FOLLOW DULU SEBELUM BACA SIAP-SIAP GUE SANTET ONLINE) Note : untuk di baca bukan untuk di tulis ulang! Berani plagiat, hukum karma siap memantimu. DEJAVU! itu lah kata yang pas untuk menarik garis besar cerita ini. Eitss... Bukan Dejavu yang be...