PENCET VOTE DULU!
SPAM KOMEN BANTU 1K++ DOANG!!
TYPO? TANDAIN AJAA!!!
Aku tidak pernah merasa baik-baik saja di tiap harinya, senyum pun adalah kamupflase yang aku ciptakan sendiri, untuk menutupi segala masalah yang tertanam di kepalaku.
🥀✨🥀
Langkah Ken sangat terburu-buru, dengan senyum yang sudah mencetak di bibirnya.ia berlari ingin meraih cewek incarannya.
HAP!
"Dapet" ucap Ken akhirnya.
"Eh?" Kaget ketika pergelangan tangannya malah di genggam seseorang. Cewek itu berbalik tidak percaya menatap cowok di depannya.
Tanpa aba-aba, Ken memegang pundak cewek itu. Mensejajarkan mukanya. "Biasa aja mukanya, gue samperin Lo karena mau minta maaf atas kejadian yang di kamar Lo sama yang semalem."
Tepat sekali, Ken melakukan apa yang di minta Rerra tanpa pikir dua kali. Cowok itu kini sekarang sedang bersama Netta. Cewek yang sedari tadi berada di depan wajahnya.
Netta melongo. Ken menggoyangkan lengan Netta, berusaha menyadarkan cewek itu yang sama sekali belum merespon ucapannya.
"Lo budek atau gak mau maafin gue? Dari tadi gak bersuara?".
Aww, sekuat tenaga Netta mengulum senyumnya. Seperti ini saja, hal sederhana tapi efek bahagia yang di rasakan Netta, sangat luar biasa.
"Netta gak pernah gak maafin seseorang, sekalipun orang itu udah nyakitin Netta berkali-kali, asal orang itu serius minta maaf. Tenang, Netta udah maafin Ken, kok. Karena Netta gak bisa marah sama Ken."
KAMU SEDANG MEMBACA
After possesive Psikopat [BELUM REVISI]
Roman pour Adolescents(GAK FOLLOW DULU SEBELUM BACA SIAP-SIAP GUE SANTET ONLINE) Note : untuk di baca bukan untuk di tulis ulang! Berani plagiat, hukum karma siap memantimu. DEJAVU! itu lah kata yang pas untuk menarik garis besar cerita ini. Eitss... Bukan Dejavu yang be...