Chapter 5: Sedikit rahasia.
"Ra, aku cariin kamu kemana aja." Sahut Alfin dari belakang sambil menepuk bahu Aurora. Yang membuat Aurora terkejut.
"Aduh bisa engga sih sehari aja engga di kagetin gitu?" Kesal Aurora.
Alfin hanya mengangkat bahu. Lantas melirik kearah buku yang dibawa Aurora.
"Buku apa ini, Ra? Kayaknya menarik." Tanya penasaran Alfin.
"Entahlah, cuman iseng liat-liat. Tapi mungkin itu bagus buat nambah pajangan di kamarku." Jawab santai Aurora.
Alfin hanya memutar bola mata malas. Buku itu untuk dibaca bukan untuk pajangan bodoh. Begitu maksud wajah malas Alfin.
"Hmm yaudah terserah kamu saja, Ra. By the way ayo kita ke lantai bawah. Aku laper pengen pulang." Ajak Alfin sambil menggandeng Aurora menuju tangga.Aurora hanya mengikuti, namun sesaat sebelum turun, Aurora sempat menoleh ke belakang. Entah bukan keinginan Aurora, hanya refleks.
Terhadir seseorang yang daritadi muncul di pikirannya, sekaligus yang menyelamatkannya di tangga tadi.
Anak laki-laki itu hanya tersenyum. Aurora membesarkan bola mata. Saat Aurora mengedip-kedipkan mata, simsalabim hilang. Aurora tidak terlalu menganggap serius soal itu, Aurora fokus ke anak tangga.
Setelah mereka membayar di kasir, mereka pun naik ke mobil yang sudah terparkir di depan toko itu. Mereka pun akhirnya pulang.
Tamat.
Bercanda, belum juga sampai ke klimaksnya hihi. Masa hanya 5 chapter ceritanya.
Aurora pun masuk ke rumah. Disambut hangat mamahnya. Aurora pun segera menuju kamarnya, berganti pakaian, mencuci tangan dan kakinya. Lalu menuju ruang makan.
Aurora pun mengambil sepiring nasi bersama lauk yang ada di meja makan. Aurora pun duduk di seberang mamahnya di meja makan.
Saat Aurora mengunyah makanannya, Aurora teringat sesuatu.
"Mah."
"Iya?" Mamahnya pun mendongak yang tadinya sedang bermain ponsel.
"Tadi–Arra udah bilang ke Alfin soal Arra ikut sama papah, kok kayaknya Alfin kayak engga tahu gitu? Apa belum dikasih tahu mah?" Tanya Aurora.
Mamahnya hanya tertegun. Wajahnya menampilkan kebingungan juga.
"Entahlah, mungkin saja orang tua sahabatmu itu terlalu sibuk sehingga tidak diberi tahu. Mungkin saja diberi tahu besoknya." Mamah menjawab sesantai mungkin.
Aurora hanya ber oh ria. Lantas melanjutkan makan siang yang ditemani mamahnya.
"Mah, Arra ke kamar ya. Thank you mah, masakan buatan mamah selalu spesial." Seru Aurora setelah mencuci piring yang dipakainya tadi.
Mamah hanya tertawa kecil melihat kelakuan anaknya itu. Aurora pun beranjak naik ke lantai dua, letak kamarnya dan kamar orang tuanya.
"Hampir saja." Sahut pelan mamah Aurora dengan sunggingan senyum kecil.
***
Aurora pun duduk dikursi belajarnya. Hanya merenung bosan. Lantas Aurora mengambil buku diarynya di meja belajarnya. Hendak menulis tentang hari ini.
Namun Aurora sedikit sedih, lembar halaman buku diary kesayangannya sudah habis. Seperti Aurora tidak bisa hidup tanpa buku diarynya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Terakhir
Fiksi Remaja[FIKSI REMAJA-MISTERI] *Juga sedikit bumbu romansa remaja dan gore(ngan) ringan. Aurora dengan kehidupannya yang damai dan bahagia. Orang tua yang amat perhatian, sahabat selayaknya kakak sendiri, dan teman-temannya yang seperti keluarga. Kedata...