Chapter 24: Dua rival bertemu.
"Kamu sudah boleh pulang, sayang."
Aurora terkejut dan girang. Akhirnya dia bebas dari tempat penangkaran itu.
Setelah semalam Aska menemaninya, tiba-tiba Aurora membaik dalam sekejap.
Soal Aska, Aurora tidak berani menceritakannya kepada orangtuanya. Apalagi soal perawat itu.
Papahnya juga pada akhirnya menjemputnya. Papahnya sempat minta maaf karena tidak menemani Aurora selama itu.
Kini mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah.
"Arra mau beli apa nih? Anggap aja perayaan atas kesembuhan Arra," tanya Elle antusias.
Norra dan Aurora tertawa kecil atas perkataan Elle.
"Arra mau pulang aja, Pah. Buat Arra itu udah perayaan banget," balas Aurora senang.
Norra menoleh ke belakang untuk melihat anaknya.
"Arra jangan kenapa-napa lagi ya." Norra mengacak-acak rambut Aurora.
"Mamah! Rambutku berantakan nih." Aurora merapikan rambutnya.
Norra dan Elle hanya tertawa melihat wajah masam Aurora.
"Oh iya, Mamah punya satu kabar lagi,"
Aurora menunggu tidak sabaran atas perkataan mamahnya itu.
"Kamu udah boleh sekolah lagi," seru antusias Norra.
Aurora tergirang-girang di mobil itu.
"Arra, kamu bukan anak kecil lagi jangan sampe bikin mobil ini ambruk," Elle mengingatkan.
Aurora hanya cemberut lantas tertawa.
"Tapi kasian ya,"
"Kasian kenapa, Pah?"
"Arra masuk sekolah tepat di hari ujian kelulusan." Elle tertawa.
Aurora hanya menghembuskan nafas kesal.
Aurora kini sedang merapikan seragam sekolahnya. Karena esok dia akan masuk sekolah.
Meski sekarang masih tengah hari, Aurora sudah antusias sekali.
Dan antusias bertemu Alfin...
Tapi sejenak, Aurora menghentikan gerakannya.
Dia teringat seseorang.
Aska.
Apakah anak itu masih sekolah disana? Apakah Aska tahu Aurora akan sekolah lagi? Apakah Aurora harus memberi tahu kepada orang-orang bahwa Aska adalah seorang iblis?
Sejenak kemudian, Aurora menyunggingkan senyum kecil.
"Tidak perlu, aku akan dianggap gila nanti." Aurora kini berganti menata buku-bukunya.
***
"Ra! Sumpah aku kangen kamu." Alfin memeluk erat Aurora yang baru saja tiba di kelas.
"F-fin l-lepasin, gab-bisa naf-as," Aurora merasa tercekik.
Alfin tertawa dan melepaskan pelukannya itu. Anak lain yang dikelas itu yang melihat kebersamaan mereka hanya bisa berusaha untuk mengganggap itu angin lalu.
"Gimana keadaanmu?"
"Kalo aku masih sakit, kenapa aku bisa masuk sekolah?" Aurora tersenyum kecut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Terakhir
Fiksyen Remaja[FIKSI REMAJA-MISTERI] *Juga sedikit bumbu romansa remaja dan gore(ngan) ringan. Aurora dengan kehidupannya yang damai dan bahagia. Orang tua yang amat perhatian, sahabat selayaknya kakak sendiri, dan teman-temannya yang seperti keluarga. Kedata...