|Chapter 26|

1 0 0
                                    

Chapter 26: Kejujurannya.

"Pagi, Arra!" Sapa Aska.

Aurora menoleh sejenak ke arah Aska, lantas menoleh kembali tak peduli.

"Ih, Arra! Kok cuekin aku gitu?" Aska memasang wajah cemberut.

Hening, Aurora tetap tidak menanggapi.

"Arra gimana kemarin? Seru kan lihat Aska yang ngalahin Alfin gitu aja." Aska memasang wajah percaya diri.

Aurora menoleh cepat. Menatap Aska heran.

"Sebenarnya perkara kalian itu apa? Serius amat," tanya Aurora.

Aska menghentikan langkahnya, yang diikuti Aurora juga.

"Kenapa berhenti?"

Aska tersenyum jahat.

"Mau tahu atau mau banget?"

*Plak

"Eh iya-iya, aku kasih tahu nanti." Aska mengusapi lengannya yang kena pukulan Aurora.

Aurora mendengus kesal atas jawaban Aska.

"Kok nanti sih? Sekarang aja kenapa sih?" Aurora ketus tidak sabaran.

Aska menunjukkan lengannya yang terlingkar sebuah jam tangan. Dilihat, jam tangan itu menunjukkan pukul 06:54.

"Sebentar lagi kita masuk. Aku engga mau ya tiba-tiba ga boleh ikut ulangan, no, no, no." Aska menggoyangkan jari telunjuknya sambil melanjutkan jalan menuju kelas.

"Tapi kan kamu udah ga sekolah...," balas pelan Aurora.

"Eh," Aska tertawa atas kelupaannya.

"Maafkan, aku rasanya engga rela pergi dari masa-masa SMP."

"Terutama..." Aska menoleh ke arah Aurora yang masih menunggu lanjutan perkataan Aska.

"Aku udah merasa nyaman disini meski sebatas mentor. Peranku juga engga guna sebenarnya, but..." Aska memotong perkataannya lagi dan kini berganti menangkup kedua pipi Aurora dengan kedua tangannya.

"Karena kamu disini, aku udah ngerasa dirumah sendiri. Rasanya asing banget kalo engga ada kamu, jujur, Ar." Aska memeluk Aurora.

Aurora terkejut tegang. Sial, masalahnya mereka sedang di koridor sekolah. Bagaimana jika ada yang melihat? Bisa mati Aurora di tangan para fansnya Aska.

Di lain sisi, ada yang menatap jengkel kedua pasangan itu.

"Dasar iblis."

***

"Mau kubantu ga, Ar?" Tanya Aska berbinar-binar.

Mereka kini sedang ujian matematika. Ujian paling mematikan di dunia. Enak sekali Aska hanya sebagai pengawas.

Aurora melirik Aska sinis. Aurora menahan godaan Aska yang ingin membantunya. Ya beginilah salah satu cerminan satan.

Di belakang mereka, Alfin menahan deruan emosinya. Berkat kekalahannya kemarin, mau tak mau dia harus menjaga JARAK dengan Aurora.

Hah? Bagaimana bisa?

Kemarin denah duduknya bebas sehingga mereka bisa memilih sini-situ meski tidak seabsen. Kini berubah, harus seurut absen. Sepertinya ini memang rencana Aska. 

Andai saja inisial nama depan Alfin sama dengan Aurora ataupun sebaliknya, mereka berdua masih ada kesempatan setidaknya.

"Argh! Kepalaku panas banget jadinya!" Gumam kesal Aurora.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aksara TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang