Chapter 25: Pertandingan Basket.
Rey sedikit terkejut atas perkataan Aurora itu.
"Maksudmu apa sih, Au?" Tanya Rey bingung.
Aurora menatap datar Rey. Rey tidak melakukan apapun memang, tapi dirinya tahu yang sebenarnya.
"Kamu tahu kan kalo Katherine sebenarnya engga koma karena penyakit? Karena dia diterkam oleh seseorang." Aurora tersenyum kecut.
Rey tercekat. Bagaimana bisa Aurora tahu?
"Soal Rahma..."
"Dia kena penyakit mental kan sampe Ravel sepupunya aja ikut stress sama kayak Rahma." Aurora menopang pipi.
Rey membenarkan kacamatanya sejenak.
"Kalo sudah tahu kenapa harus bahas lagi?" Rey dengan wajah seriusnya.
"Kamu itu saksi matanya. Kenapa paling diem diantara mereka yang sibuk nyari sana-sini?"
"Aku ga penting diantara mereka. Biarin aja." Rey tersenyum kecut.
"Johnny tahu?"
Rey menggeleng.
"Kamu aja yang tahu ini?"
Rey menggangguk pelan.
"Kenapa kamu bisa tahu nasib mereka? Kamu emang kebetulan atau..."
"Kamu nguntit mereka?"
Rey terdiam. Lantas tersenyum misterius.
"Ga cuman aku, ada satu orang lagi. Dan dia itu–"
"Ra! Ngapain di kelas aja?" Sahut Alfin menghampiri Aurora.
"Rey?" Alfin mengangkat salah satu alisnya.
"Hai Alfin," sapa Rey.
"Yuk, Ra. Ikut aku ke lapangan." Alfin menarik tangan Aurora.
"E-eh tapi..." Aurora melirik Rey yang memasang wajah kemenangan.
Aurora pikir... Hanya Aska yang satan di sini.
"Ngomongin apa sama Rey? Serius gitu," tanya Alfin saat mereka menuruni tangga.
"Soal ulangan tadi aja," Aurora menjawab asal.
"Mentang-mentang dia pinter, aku juga bisa kali diajak ngomong soal gitu." Alfin memutar bola mata malas.
Aurora hanya tersenyum canggung.
"Btw ngapain kita ke lapangan basket? Lihat adek kelas main basket lagi?" Tanya Aurora saat mereka sudah di pinggir lapangan. Lumayan ramai aneh. Mungkin ada pertandingan.
"Kamu bakal suka, Ra." Alfin tersenyum jahat.
Terlihat juga ada Aska di tengah lapangan itu.
Bahkan tiba-tiba ada Rey yang berlari ke arah lapangan melewati mereka begitu saja.
Aurora menatap Alfin dengan bingung.
Alfin memegang bahu Aurora lantas mendekatkan wajahnya di telinga Aurora.
"Aku sama si setan itu bakal tanding," bisik Alfin.
Aurora terbelalak mendengarnya. Ngapain juga memangnya sih? Setahu Aurora, Alfin dan Aska tidak pernah bisa akur. Bahkan duduk satu meja saja tidak mau. Kenapa ini tiba-tiba mau main bersama?
"Aku bakalan menang, Ra. Kalo aku menang dia bakal di skors dua minggu. Atau bisa jadi lebih." Alfin tersenyum jahat di telinga Aurora itu.
Aurora mundur selangkah. Memang apa penyebabnya sampai bertanding gini? Serius sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Terakhir
أدب المراهقين[FIKSI REMAJA-MISTERI] *Juga sedikit bumbu romansa remaja dan gore(ngan) ringan. Aurora dengan kehidupannya yang damai dan bahagia. Orang tua yang amat perhatian, sahabat selayaknya kakak sendiri, dan teman-temannya yang seperti keluarga. Kedata...